Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Fasilitas Mewah Pejabat Lebih Penting dari Gaji Guru?

11 Agustus 2025   05:30 Diperbarui: 10 Agustus 2025   21:57 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi guru, guru PPG(Dok. Telkom)

Kita hidup di zaman di mana berita tentang pejabat yang mendapat fasilitas mewah sudah seperti hujan di musim penghujan, datang hampir setiap hari dan tak jarang disertai banjir komentar dari publik. Mobil dinas bernilai miliaran rupiah, perjalanan dinas ke luar negeri dengan fasilitas kelas bisnis, kantor yang direnovasi layaknya hotel bintang lima, semua itu sering kita baca dan dengar. Ironisnya, di sisi lain ada jutaan guru di pelosok negeri yang masih berjuang memenuhi kebutuhan dasar dengan gaji yang bahkan tidak cukup untuk menutup biaya hidup sebulan.

Fenomena ini bukan hanya sekadar cerita lama yang diulang-ulang, tapi cermin dari prioritas negara yang terasa miring. Bagaimana mungkin pejabat yang sudah memiliki gaji tinggi dan tunjangan melimpah masih mendapat fasilitas yang membuat publik geleng kepala, sementara guru yang memegang peran kunci membangun masa depan bangsa justru diperlakukan seperti beban anggaran.

Negara yang Terlalu Murah Hati pada Pejabat, Pelit pada Guru

Salah satu hal yang paling membingungkan dalam logika kebijakan publik kita adalah keberanian menggelontorkan anggaran fantastis untuk fasilitas pejabat, tapi begitu perhitungan sampai pada gaji guru, pemerintah seolah mendadak menjadi akuntan super hemat. Kita sering mendengar alasan klasik, anggaran terbatas atau ada prioritas yang lebih mendesak. Tapi kalau ditelisik, anggaran untuk satu unit mobil dinas mewah bisa membayar gaji layak bagi puluhan guru selama setahun.

Masalahnya, pola pikir ini sudah mendarah daging. Seolah-olah pejabat adalah roda utama yang harus selalu diminyaki, sementara guru hanyalah ban cadangan yang digunakan saat darurat. Padahal, pejabat yang duduk di kursi kekuasaan hari ini adalah produk dari pendidikan yang diberikan oleh guru. Tanpa guru, tak akan ada orang yang pandai membuat kebijakan, merancang program, atau berpidato dengan percaya diri di depan publik.

Yang lebih menyedihkan, fasilitas mewah untuk pejabat sering kali tidak punya dampak langsung bagi rakyat, sementara investasi pada guru jelas memberi efek jangka panjang. Guru yang sejahtera akan punya tenaga, waktu, dan fokus untuk mengajar dengan optimal, yang pada akhirnya membentuk generasi yang lebih cerdas dan berdaya saing.

Ketimpangan yang Terlihat Sepele tapi Mematikan Arah Bangsa

Banyak orang menganggap perbandingan fasilitas pejabat dan gaji guru hanyalah masalah kecil. Padahal, dampaknya bisa menggerogoti arah pembangunan bangsa. Pendidikan adalah fondasi dari segalanya, dan guru adalah pondasi yang menopang sistem itu. Kalau pondasinya rapuh karena kesejahteraan yang diabaikan, bangunan masa depan negara akan goyah.

Lihatlah di lapangan. Ada guru honorer yang harus berangkat mengajar dengan jarak puluhan kilometer setiap hari menggunakan sepeda motor butut, bahkan kadang harus menyeberangi sungai dengan perahu sederhana. Semua dilakukan demi mengajar murid-murid di sekolah sederhana yang fasilitasnya jauh dari kata layak. Di akhir bulan, gaji yang diterima bahkan tidak cukup untuk membeli kebutuhan pokok.

Bandingkan dengan pejabat yang mendapat fasilitas mobil dinas baru setiap beberapa tahun, tiket pesawat kelas bisnis untuk perjalanan dinas, hingga rumah dinas yang mewah. Bedanya seperti bumi dan langit. Ketimpangan ini bukan hanya soal nominal uang, tapi pesan yang disampaikan negara pada rakyatnya: bahwa status lebih dihargai daripada kontribusi nyata pada masa depan bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun