Belakangan ini, muncul sebuah fenomena yang mencuri perhatian di dunia maya, khususnya di kalangan generasi muda Indonesia. Tagar "Kabur Aja Dulu" menjadi tren yang mencerminkan keinginan banyak orang untuk meninggalkan Indonesia dan menetap di luar negeri, dengan harapan akan kehidupan yang lebih baik.
Di berbagai platform media sosial, tidak sulit menemukan cuitan yang mengungkapkan kekecewaan terhadap kondisi di dalam negeri. Mulai dari sulitnya mencari pekerjaan dengan gaji layak, mahalnya biaya hidup di kota besar, ketidakpastian ekonomi, hingga faktor sosial-politik yang dianggap stagnan dan kurang mendukung perkembangan individu.
Mereka yang menggaungkan tagar ini sering kali beranggapan bahwa kehidupan di luar negeri jauh lebih menjanjikan, baik dari segi kesejahteraan ekonomi, peluang karier, maupun kualitas hidup secara keseluruhan. Namun, apakah anggapan ini benar? Apakah meninggalkan Indonesia dan menetap di luar negeri benar-benar menjadi solusi yang tepat bagi semua orang?
Tulisan ini akan mengupas lebih dalam tentang tren "Kabur Aja Dulu", membedah realitas hidup di luar negeri yang jarang dibicarakan, serta mempertimbangkan apakah benar tinggal di negeri orang lebih menjamin dibandingkan bertahan dan berjuang di tanah kelahiran sendiri.
Mengapa Banyak Anak Muda Ingin Pergi dari Indonesia?
Jika melihat lebih jauh, keinginan untuk meninggalkan Indonesia bukanlah hal yang muncul secara tiba-tiba. Fenomena ini memiliki akar yang dalam dan terkait dengan berbagai aspek, mulai dari ekonomi, pendidikan, hingga ekspektasi terhadap masa depan.
Di sektor ekonomi, banyak yang merasa bahwa upah di Indonesia tidak sebanding dengan biaya hidup. Di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, atau Bandung, harga properti terus melambung, sementara gaji pekerja masih tergolong stagnan bagi banyak sektor. Lulusan perguruan tinggi pun sering kali kesulitan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan bidang keahlian mereka, apalagi dengan sistem rekrutmen yang kerap kali lebih mengutamakan relasi daripada kompetensi.
Dari segi pendidikan, standar kualitas di Indonesia dianggap belum mampu bersaing dengan negara-negara maju. Meskipun beberapa universitas ternama di Indonesia mampu mencetak lulusan berprestasi, secara umum kualitas pendidikan masih menghadapi berbagai tantangan, mulai dari keterbatasan fasilitas, kurikulum yang kurang adaptif terhadap perkembangan zaman, hingga akses yang tidak merata bagi masyarakat di daerah.
Selain itu, faktor sosial dan politik juga turut mendorong keinginan untuk hijrah ke negeri lain. Korupsi yang masih merajalela, sistem birokrasi yang berbelit-belit, serta kebijakan publik yang dianggap kurang berpihak pada rakyat kecil, menjadi alasan mengapa banyak anak muda merasa pesimis terhadap masa depan mereka di Indonesia.
Keinginan untuk pindah ke luar negeri pun semakin diperkuat dengan narasi yang berkembang di media sosial, di mana banyak orang membagikan pengalaman mereka hidup di negara maju dengan segala kelebihannya. Unggahan tentang sistem transportasi yang tertata rapi, lingkungan yang lebih bersih, serta tunjangan sosial yang diberikan pemerintah di beberapa negara maju, semakin memperkuat keyakinan bahwa kehidupan di luar negeri jauh lebih nyaman dibandingkan di Indonesia.