Mohon tunggu...
Gregorius Nyaming
Gregorius Nyaming Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Hanya seorang anak peladang

Seorang Pastor Katolik yang mengabdikan hidupnya untuk Keuskupan Sintang. Sedang menempuh studi di Universitas Katolik St. Yohanes Paulus II Lublin, Polandia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Refleksi Natal: Mari Berjalan Bersama dalam Kasih Persaudaraan

24 Desember 2021   20:04 Diperbarui: 24 Desember 2021   20:08 3131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: mirifica.net

Maka kata Malaikat itu kepada mereka, "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini, telah lahir bagimu Juru Selamat, yaitu Kristus Tuhan, di kota Daud" (Luk 210-11).

KWI dan PGI tahun ini memilih tema Natal yang sungguh aktual dan relevan dengan situasi dunia kita sekarang ini. Melalui tema Natal ini: "Cinta Kasih Kristus yang Menggerakan Persaudaraan", KWI dan PGI sama-sama menghendaki agar kita hidup saling mengasihi dan tolong menolong dengan segenap hati dalam kasih persaudaraan yang tulus dan ikhlas.

Mengapa kita harus hidup saling mengasihi dan tolong menolong dalam kasih persaudaraan? Sebab Yesus Kristus yang kelahiran-Nya kita rayakan, sudah terlebih dahulu mengasihi kita dengan tanpa batas. Dalam Dialah kita menemukan inspirasi iman untuk membantu sesama secara nyata.

Ketika berjumpa dengan orang-orang yang menderita, hati-Nya selalu tergerak oleh belas kasihan (Mrk 8:2). Bahkan Ia sendiri menyamakan diri-Nya dengan mereka yang menderita dan dipandang hina oleh masyarakat: "...segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku" (Mat 25:40).

Natal tahun ini masih kita rayakan di tengah situasi dunia yang masih belum pulih dari wabah pandemi Covid-19. Ke dalam kondisi dunia yang demikian, Putera Allah datang untuk menyatakan kasih-Nya kepada umat manusia. Dengan menjadi manusia, Allah hendak turut menanggung segala beban derita yang menimpa umat-Nya yang terkasih.

Bila Allah sendiri sudah rela solider dengan kita manusia, maka sudah layak dan sepantasnya juga bagi kita untuk solider dan berbela rasa dengan sesama yang ada di sekitar kita. Terutama terhadap saudara-saudari kita yang paling membutuhkan.

Merebaknya wabah virus corona memang seakan makin menegaskan peziarahan hidup manusia yang tak akan pernah lepas dari penderitaan. Jutaaan nyawa telah hilang akibat pandemi Covid-19 ini. Pun juga banyak anak manusia menjadi putus asa dan patah semangat karena kehilangan orang-orang terkasih dan juga pekerjaan.

Pandemi Covid-19 tidak memandang apa suku, bahasa, ras dan agama kita. Karena itu, solidaritas menjadi sikap hidup yang mesti kita kedepankan.

Namun demikian, kita harus terlebih dahulu memahami makna sejati dari solidaritas itu sendiri. Dalam pesan Natalnya, KWI dan PGI menyatakan bahwa belarasa bukanlah sekedar perasaan, melainkan kompetensi etis yang bersumber pada iman dan berbuah pada tindakan nyata.

Dalam iman Kristiani sendiri diajarkan bahwa manusia itu diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Kenyataan ini menempatkan manusia dalam relasi khusus dengan sesama manusia dan ciptaan Allah yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun