Mohon tunggu...
Fransiskus Nong Budi
Fransiskus Nong Budi Mohon Tunggu... Penulis - Franceisco Nonk

Budi merupakan seorang penulis dan pencinta Filsafat. Saat ini tinggal di Melbourne, Australia. Ia melakukan sejumlah riset di bidang Filsafat dan Teologi.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pemakaian Kata dalam Forum

17 November 2018   10:57 Diperbarui: 17 November 2018   11:19 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Forum yang dimaksud di sini mengacu pada konsep "agora" dalam negara-kota (polis) Yunani kuno. Agora artinya pasar. Terminologi itu memaksudkan tempat di mana warga polis berinteraksi. Pertukaran ide atau gagasan terjadi di sana, utamanya perihal hidup bersama dalam polis. Di sana ada 'jual-beli'gagasan, diskursus, hingga perdebatan-perdebatan berlangsung secara terbuka. Setiap warga polis - kebanyakan pria dewasa - berhak berargumen dan mengevaluasi tata hidup bersama dalam polis.

Kata forum bagi kita, berkaitan dengan kata formal. Forum dipahami secara lebih sempit dari kata aslinya. Forum itu identik dengan kesempatan dalam perhelatan seminar atau diskusi resmi di suatu ruang akademis. Misalnya, ia berbicara dalam sebuah forum ilmiah dengan bahasa gaul dan keingris-inggrisan. Sejatinya, kata forum memaksudkan ruang diskursus, bukan dalam arti ruang temporal.

Sementara itu, kata sebagai bagian dari bahasa merupakan alat penting dalam agora atau forum. Dengannya orang berargumen dan berdebat, orang berkomunikasi dan berelasi satu sama lain. 

Kita, dulu nyaris tak punya yang semacam itu. Kebebasan berpendapat muncul belakangan ini. Hal ini di berbagai belahan dunia diterima sebagai hak asasi manusia. Indonesia dalam pembentukannya sebagai negara-kebangsaan mengadopsinya. Itu diupayakan sejak periode awal kemerdekaan dan pembentukan negara. Selanjutnya hanya diakui tetapi tak dikerjakan. 

Belakangan ini, perkara itu, kebebasan berargumentasi menjadi problema bagi hidup bersama sebagai bangsa dan negara. Kesulitannya itu terletak pada pemakaian kata tanpa dipertanggungjawabkan. Katakan saja, berkata sesuka hati tanpa pertimbangan. Kata sejatinya hidup ketika dipakai manusia! Kata dapat mematikan dan menghidupkan! Belum lagi, dilatarbelakangi dengan kebencian. Juga, perihal ketidakbenaran. Kata dipakai untuk tujuan tertentu. Tujuan yang dari kata itu sendiri tak semestinya. Kata digunakan juga sebagai senjata. Hal ini dapat diterima bila perang argumen yang terjadi, bukan menyindir orangnya. Bukan ke orangnya, tetapi seharusnya ke hal atau perosalannya.

Belakangan ini, terutama mendekati pesta demokrasi, penyalahgunaan kata dalam 'agora' kerap terjadi. Banyak kata juga frasa dan slogan dapat dengan mudah kita temukan di ruang publik kita. Ditambah lagi sarana komunikasi yang mempopulerkannya. Bahasa teknisnya, mem-viral-kannya. Jenis-jenis ujaran begitu seperti melimpahnya air di musim hujan-banjir. Di mana-mana peristilahan itu ditemukan, yang seperti sayur tak laku di pasar.

Dari sebab itu, orang perlu berhati-hati di "lalu-lintas kata". Di sana ada rambu-rambunya yang perlu dipatuhi bersama. Pakailah kata sebagaimana mestinya kata itu diperlakukan. Kata itu laksana belati bermata ganda. Tak hati-hati dengannya, anda membahayakan diri sendiri. Pertimbangkanlah pemakaiannya. Bijaklah dalam penggunaannya. Patuhilah aturan mainnya. Kata dalam bahasa, bahasa dalam manusia, manusia dalam komunitas! Selamat berkata (-kata).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun