Mohon tunggu...
Fradj Ledjab
Fradj Ledjab Mohon Tunggu... Guru - Peziarah

Coretan Dinding Sang Peziarah

Selanjutnya

Tutup

Politik

Gabriel Raring, Si "Iron Dome" Lembata

5 Juni 2021   10:40 Diperbarui: 5 Juni 2021   15:44 1272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gabriel Raring Anggota DPRD Kabupaten Lembata Fraksi Partai PDIP (foto: gabriel raring.facebook.com)

Episode kasak-kusuk perpolitikan di Lembata masih terus berlanjut bahkan semakin panas namun semakin nikmat bagi kami penikmat politik senikmat menyeruput secangkir kopi pagi hari. Apakah itu pertanda sejengkal lagi akan mencapai titik klimaks? 

Kita tunggu saja episode berikutnya. Media main stream nusalontar.com, Kamis, 03 Juni 2021 menyajikan berita menarik yakni perang urat saraf berkelanjutan antara Gabriel Raring anggota DPRD Kabupaten Lembata Fraksi PDIP versus sang nahkoda Lembata, Yance Sunur. Perang urat saraf ini diberi tajuk : Bupati Yance Sunur Mengaku Bingung, Gabriel Raring Merasa Sedih dan Lucu. 

Gabriel Raring, seorang pemuda dan ADPRD Kabupaten Lembata yang cukup fenomenal karena sangat giat dalam mengkritisi kebijakan lembaga eksekuitf dan vokal menyuarakan kepentingan rakyat atas nama lembaga legislatif. Kritis dan vokal ini identik dengan seorang Gabi sebagai manifestasi dirinya yang adalah manusia bebas, berani dan tidak gentar melawan sistem represif penguasa, tanpa keterikatan sehingga menjadikannya individu merdeka utuh. 

Sementara sekian rekan Gabi lainnya terasa suam-suam kuku dan terkesan diam seribu bahasa. Kita bisa berspekulasi, bagi mereka (ADPRD, red); Pertama, bisa jadi mereka diam-diam di belakang Gabi membangun strategi senyap satu komando. Jika ini yang terjadi maka kita bersyukur karena ada kesadaran yang kemudian membangun kekuatan kolektif. 

Kedua, bisa jadi mereka diam karena memang mental tidak mau tahu, apatis. Intinya gaji tunjangan lancar. Ketiga, bisa jadi mereka diam karena dibungkam oleh muatan, posisi, dan kepentingan politik. Ini yang namanya mengekor membabi buta dengan faham primordialisme yang bereksis pada fatalisme. 

Ketika hal ketiga ini terjadi pada politisi maka mereka dengan sadar, tahu dan mau untuk dijadikan sebagai kuda tunggangan politik dan itu sama artinya dengan membiarkan hak-hak mereka termasuk hak asasi sebagai manusia politik yang sesungguhnya dirampas, diinjak-injak oleh tuan politik. Sebuah pilihan miris. 

Fatalisme kekuasaan ini yang boleh jadi ditangisi serta ditertawakan oleh seorang Gabi Raring. Menyedihkan dan ditangisi ketika seorang pemimpin tidak cukup kompeten dalam menjalankan fungsi managerialnya diantaranya perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi. Seperti berikut adalah komentar Bupati yang ditulis media –“Proyek-proyek yang katanya menurut mereka bermasalah itu apa saya yang kerjakan. Saya kan urus di tataran kebijakan tapi untuk teknis pengerjaan dibawah kan bukan bupati, saya masih terus membangun daerah, salah saya ada dimana?". Pernyataan ini sebagai konfirmasi bahwa betul Lembata yang negeri kecil ini benar-benar salah urus. Mengapa? 

Jika seorang manager hanya berhenti pada tataran kebijakan (fungsi perncanaan dan pelaksanaan) maka wajar saja kalau di Lembata banyak proyek mangkrak karena fungsi monitoring dan evaluasi seolah-olah mati suri. Betul bahwa teknis pelaksanaan terhadap kebijakan-kebijakan tersebut adalah bukan seorang bupati. Masa bupati disuruh kerjakan jembatan, jalan, dsb? 

Lalu untuk apa ada perangkat daerah (OPD)? OPD inilah yang secara fungsional menjalankan teknis kebijakan bupati namun hal terpenting adalah fungsi kontrol, monitoring, evaluasi terhadap hal-hal teknis tersebut ada pada ranah bupati. 

Barang kali inilah yang ditangisi oleh Gabi dan seluruh rakyat Lembata karena diksi bupati yang ditenggarai sebagai aksi Pilatus sebuah bentuk pelemparan tanggung jawab dan Aparatur Sipil Negara (ASN) atau pelaksana teknis kebijakan di bawah sedang harap-harap cemas, makan tidak enak, tidur dalam mimpi buruk karena cemeti 'hukum' sedang siap merajam menerkam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun