Mohon tunggu...
Florensius Marsudi
Florensius Marsudi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Manusia biasa, sedang belajar untuk hidup.

Penyuka humaniora - perenda kata.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Jomblo Mencinta: Mencari, Memilih (Calon) Pasangan Hidup

13 Agustus 2012   09:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:51 1421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekian lama menjadi pendengar cerita bagi orang-orang muda yang sedang berkasak-kusuk di dunia percintaan, terlebih di dunia orang muda yang sedang menjalin hubungan secara serius dengan  lawan jenis (laki-perempuan); sampailah saya pada satu kenyataan, bahwa mencari pasangan hidup itu tidaklah mudah.

Tidak bisa instan

Jika ada pasangan hidup, dan pasangan itu 'didapatkan' secara instan, mendadak (entah ditemukan dimana gitu loh...);  hal tersebut sangatlah luar biasa. Disebut luar biasa, karena manusia itu senantiasa melalui proses untuk bisa hadir dan hidup di dunia ini. Jika semua serba instan (kayak mie tinggal celup...lup), apa bedanya dengan "kaki empat." Kapan kawin, ya... langsung 'trajang', kapan  mau makan langsung 'hap...hap'.... dst. Tata cara dan acara manusia mestinya melalui cara yang manusiawi pula. Mestinya begitu. Dengan kata lain, mencari dan memilih pasangan melalui - dan laluilah - secara proses manusiawi, berkenalan, memahami ... pacaran, tunangan dan seterusnya!

Berbeda

Laki-laki dan perempuan dari "sono"-nya memang sudah berbeda! Justru dengan perbedaan itu, ciri khas manusiawinya   menjadi semakin kaya. Kaya karena ia harus saling memahami, kaya karena komponen dalam hidup tak bisa disama-ratakan, dan kaya karena dalam diri manusia mempunyai cita rasa dan hidup yang berbeda. Itulah kenyataan.

Maka, perbedaan itu pulalah yang membuat diri manusia senantiasa dituntut untuk terus ...terus dan terus mempunyai rasa hormat - menaruh respek (bdk. Julius Chandra 1984:8-9) satu dengan yang lainnya  (lawan jenis).

Lain jalan - lain keyakinan

Ketidaktoleranan dalam hidup, salah satu penyebabnya adalah tiap orang mempunyai cara pandang - cara laku atas keyakinannya sendiri, dan hal tersebut dipandang secara "mentah" (bahasa lain, egois).  Ketidaksamaan dalam hal ini juga sering  menjadi titik bahas dikalangan muda (tentu bagi mereka yang peduli nilai spiritual). Maka, sudah selayak dan sepantasnya, jika ingin mengenal pasangan (calon pasangan); selami-pahami, serta hormatilah keyakinan dan pola hidup spiritualnya.  Kesalehan hidup, keteguhan dalam menghadapi permasalahan hidup, salah satu penopangnya berasal  dari keyakinan yang dihayatinya. Ada baiknya, carilah pasangan (pun calon pasangan) yang sekeyakinan, agar lebih simple dalam menindaklanjuti hidup di kemudian hari (kaum agamawan sering mengatakannya dengan "kekuatan doa-sekemudi sekapal").

Dua asal

Setiap pribadi berasal dari keluarga, orang tua yang menikah. Tidak salah, jika masing-masing pribadi mengenal asal-usul keluarganya. Biasanya, pendidikan orang muda boleh tinggi, namun pengalaman hidup, asam garam hidup ada pada keluarga, orang tua. Pada keluargalah (orang tua, red) tempat bertanya, meramu, meracik nilai hidup yang baik dan mulia.

Beberapa kasus, sering terjadi karena yang muda (anak), merasa sudah tahu banyak hal! Karena merasa sudah tahu apalagi merasa pintar, tak jarang "pinter malah keblinger" (pintar namun tersesat di jalan hidup). Sangatlah bijak, jika yang muda berani bertanya pada yang tua (orang tua); paling tidak, yang muda berani meminta pertimbangan baik-jahat, benar-salah sebuah relasi; ditinjau dari sisi kepantasan sebuah hubungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun