Mohon tunggu...
fleo
fleo Mohon Tunggu... Konsultan - ASN

Praktisi kehumasan.

Selanjutnya

Tutup

Money

Membangun Jakarta?

7 Februari 2019   07:05 Diperbarui: 27 November 2019   16:28 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jakarta, merupakan kota metropolitan yang terbesar di Indonesia & menjadi tumpuan ekonomi lebih dari 8 juta penduduknya. Lebih dari 10 juta unit kendaraan mengalir kesana-kemari di jalanan Jakarta setiap harinya. Kereta komuter mengantarkan hampir 1 juta orang ke kantornya setiap pagi & satu juta orang yang sama kembali ke rumahnya pada sore harinya.

Sudah tidak asing lagi di telinga kita, kampanye "merdesa" yang mengajak perantau-perantau untuk mempertimbangkan pulang ke daerah asalnya. Oleh sebab itu, selalu dikatakan bahwa Jakarta sudah sesak, terlalu padat & "overload". Seolah-olah para perantau menjadi biang kepadatan & "instabilitas" di jakarta?

Sepeda Motor menjadi biang kemacetan? sampah ato manusia yang mendatangkan banjir?

Tidak salah, memang kambing hitam sangat diperlukan ketika kebijaksanaan sudah punah dari peradaban.

Sejujurnya, perlu kajian lebih mendalam & rinci mengenai kemacetan, sampah, dan porsi kepadatan di jalanan jakarta. Dari situ akan ditemukan, siapa & kendaraan apa yang memberikan kontribusi lebih besar kepada kepadatan jalan, sampah, polusi, & kemacatan. 

Demikian juga dengan ukuran ketebalan endapan sungai yang mengurangi daya tampung air, nah dari mana endapan itu berasal? mengapa ada endapan di sana? apa solusinya?

Pernahkah dihitung kontribusi ekonomi penduduk "perantauan" kepada Jakarta secara riil? jujur, semua orang tau, Jakarta akan "limbung" kalau semua penduduk perantauan yang menggerakkan roda perekonomian meninggalkan Jakarta. 

Nah, bagaimana relevansi pendapat yang mengatakan bahwa penduduk musiman (perantauan) adalah kelompok yang paling bertanggungjawab atas kepadatan, kekumuhan, bahkan kejahatan di Jakarta?

Pertanyaannya, apa yang telah diberikan Jakarta kepada para pejuang-pejuang ekonomi itu (yang dengan rela "menghidupkan" kota)?

Apakah taman? jalan raya? rel kereta? ruang hijau/ bermain? ataukah lahan perumahan sudah terjangkau dan layak?

Menyalahkan realitas sunguh bukan pekerjaan yang baik. Pekerjaan semacam itu harus kita hindari untuk bisa melangkah maju & mengumpulkan alternatif penyelesaian setiap masalah yang kemudian harus dilaksanakan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun