Mohon tunggu...
fahmi karim
fahmi karim Mohon Tunggu... Teknisi - Suka jalan-jalan

Another world is possible

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengalaman Tubuh dan Kesadaran Sosial

23 Juli 2019   11:26 Diperbarui: 23 Juli 2019   20:57 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: nusantara.com

Kampung.
Teman... apa yang ada dalam pikiran Anda ketika membahas topik di atas?

Banyak! Iya, memang benar. Anak kota maupun di desa selalu punya susunan kata dalam bentuk kalimat dengan imajinasi untuk mengekspresikan apa itu kampung.

Apakah pernah mengalami pengalaman tubuh secara langsung dengan situasi di kampung, tidak menjadi syarat wajib untuk bercakap soal kampung. Teknologi memberi ruang ini, membuat kita semua seolah menjadi pakar.

Saya yang lahir dan besar di kampung, tentunya layak melakukan studi banding situasi. Membandingkan perkembangan di kampung sampai detik ini.

Perubahan dalam kultur tidak langsung dirasakan dalam satu hari. Bertahun-tahun berlalu barulah kita bisa memperoleh patahan-patahan perubahan itu. Ada yang diarahkan secara langsung, ada juga yang tak kasat mata mengubah perilaku kita; seperti metafora invisible hand.

Beberapa waktu lalu saya, juga keluarga, menghadiri undangan dari kabupaten sebelah yang sama-sama satu provinsi, Sulawesi Utara. Undangan itu adalah undangan keluarga. Saya di kab. Bolaang Mongondow (induk), keluarga yang saya tuju di kab. Bolaang mongondow Utara (Bolmut). Acara tersebut merupaka acara syukuran yang dibuat oleh keluarga dari Ibu saya.

Sepengetahuan saya, di kawasan kampung yang saya diami, istilah 'keluarga' merupakan istilah yang tidak cuma merujuk pada keluarga dalam satu atap rumah. Namun bisa sampai keluarga dalam kawin-mawin.

Di sini saya akan bercerita mengenai waktu, kurang lebih, satu hari yang saya lalui dari pagi sebelum berangkat sampai tibanya di Bolmut.

Pagi itu saya ke kantor Catatan Sipil (capil) untuk mengambil KTP yang telah diurus sebelumnya. Di tempat saya, kantor capil selalu ramai. Saya harus datang pagi agar bisa mendapat nomor antrian.

Seperti sedang memasarkan produk, slogan dipajang di kantor untuk mengarahkan imajinasi: SIAP MEMBERIKAN PELAYANAN PRIMA, begitu kalimatnya. Dan, sepertinya memang hanya tulisan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun