Mohon tunggu...
Fitriah Junita
Fitriah Junita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Blogger

Go on and inspire others.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Islam, Lebih dari Agama

14 Mei 2021   05:44 Diperbarui: 14 Mei 2021   05:45 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Aku tak tahu bagaimana mengekspresikan apa yang ada di pikiranku saat terlintas kata 'Islam'. Ada seribu satu cerita yang tak bisa dijelaskan. Tidak berhenti dengan mengingat gelombang semangat pemeluknya dari berbagai belahan dunia, Islam selalu menyimpan energi dan letupan besar bagi siapa yang bersungguh-sungguh menjalankan segala perintahnya. So amazing to know Islam as my life, not my religion only.

Aku mengerti, sampai kapanpun membahas Islam takkan ada habisnya. Bila mau mendalaminya secara bertahap, keajaiban ini takkan berhenti. Even menghabiskan seluruh usia untuk mempelajarinya, dengan berbagai kitab dan literatur yang tersedia sejak berabad lalu, akan selalu ada hal baru yang terus muncul. It means agama ini memang murni diturunkan Allah. Bukan hasil ciptaan manusia, sekalipun ia seorang yang suci.

Untuk mempelajari tentang mengapa Tuhan dalam Islam itu Allah membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Belum sifat-sifat-Nya yang mulia beserta turunannya. Sejak kecil kita baru mempelajari Islam tak ada seperempatnya. Kebanyakan dari kita mempelajari hal yang sifatnya teknis; seperti tata cara wudu, salat, beserta amal ibadah lain yang kerap dilakukan setiap hari. Belum sampai ranah mengenal Tuhan kita sendiri, masih jauh sekali. 

Saking luas dan sempurnanya ajaran Islam, selain identik dengan pengikutnya yang banyak, agama ini kerap dilabeli dengan stigma yang buruk. Islam yang tergambar indah dalam konsep justru tidak terbayangkan dalam miniatur sederhana berupa pemeluk itu sendiri. Kita bisa temukan bahwa umat Islam hari ini terpuruk di mana-mana. Tidak terbatas pada diperangi, dijajah, diusir dari kampung halamannya sendiri. Bahkan kebanyakan karakter yang ditemukan pasti berkisar pada karakter yang buruk. Sulit diatur, suka melanggar aturan, mudah diprovokasi. Dan kebanyakan pelaku tindak kejahatan yang terjadi adalah seorang muslim. 

Sampai sini, kita pasti bertanya-tanya dan kadang jatuhnya terjebak dalam satu kesimpulan, "Semakin mendalam belajar Islam, semakin buruk karakter yang dihasilkan." Kita jadi takut untuk menghadiri majelis ilmu, menyudutkan mereka yang berusaha mengamalkan ajaran Islam dengan utuh, dan cenderung memilih berada di tengah-tengah seakan mencari aman. Di samping kenyataan yang didapati bahwa kebanyakan pemeluk Islam yang taat tidak semuanya mencerminkan sikap bagaimana menjadi agen Islam yang baik dan memiliki kepekaan sosial yang tinggi.

Setelah semua ini, kira-kira yang salah Islamnya atau orangnya?

to be continued..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun