Mohon tunggu...
Fitria atika
Fitria atika Mohon Tunggu... mahasiswi IAIN JEMBER

TARGET = TEKAD

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kita yang semakin dewasa atau dunia yang berubah

12 Mei 2025   18:45 Diperbarui: 12 Mei 2025   18:45 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Pernah tidak, kita merasa jika semakin tahun lebaran semakin sepi, tidak seramai saat kita masih kecil dulu. Sekolah yang dulu kita anggap besar dan luas, sekarang terlihat kecil. Pasar malam yang dulu terlihat sangat mewah, sekarang terlihat sepi dan tidak seru. Kita yang semaakin dewasa, sehingga sudah banyak hal-hal yang kita lihat dan alami atau dunianya sudah berubah tidak semenarik dulu lagi?

Semakin hari banyak hal yang kita sadari, bahwa dunia dewasa tidak semenarik anggapaan kita saat kecil. Saya yakin, bukan hanya saya yang merasa bahwa saat kecil saya ingin lebih cepat dewasa agar bisa memainkan laptop, atau hanya sekedar pergi ke coffe shop. Bahkan saat SMA saya pernah berpikir ingin cepat kuliah karena menjadi mahasiswa tidak perlu menggunakan seragam dengan kriteria sekolah yang ketat. Tidak ada hukuman saat tidak ingin ikut serta kegiatan belajar-mengajar atau jam kuliah lebih fleksibel ketimbang sekolah yang harus berangkat pagi pulang siang hingga sore.

Jika dipikir, kegiatan menjadi anak sekolah sangat membosankan. Berangkat sekolah pagi, pulang siang. Kemudian dilanjut mengaji TPQ atau les, setelah itu mengaji di langgar (Musholah). Begitu seterusnya dari senin hingga sabtu. Minggu adalah hari yang sangat di tunggu anak sekolah, karena anak sekolah bisa melakukan banyak hal tanpa berkaitan dengan namanya belajar.

Sementara kegiatan mahasiswa sangat beragam. Pagi bisa kuliah, sore bisa ikut organisasi, malamnya bisa nongkrong. Kegiatan hari selanjutnya tidak harus dengan aktivitas yang sama. Jam kuliah bisa pindah sore, nongkrong bisa kapan aja di jam kosong, organisasi yang sesuai selera. Selain itu weekend bisa jalan-jalan kemanapun tanpa  izin yang sulit.

Tapi dewasa ini, kita semakin menyadari bahwa menjadi anak sekolah lebih menyenagkan. Selain belajar ya bermain. Saat dewasa kita merindukan yang namanya tidur siang, padahal saat sekolah dulu kita bisa tidur siang, entah di rumah atau jam istirahat di sekolah. Kita merindukan belajar dan bermain bersama teman tanpa memikirkan besok kita makan dengan apa, uangnya cukup tidak untuk 1 bulan, mencari uang di mana lagi, atau berpikir dengan keras bagaimana menyelesaikan masalah kita saat ini.

Saat dewasa ini mungkin, kita adalah gurunya bukan murid lagi. kita adalah kakak-kakak kantor yang berkalung nama sebuah perusahaan bukan anak sekolah yang dulu sempat ingin menjadi seperti kakak-kakak kantor itu. Kita adalah pemberi materi yang berdiri di atas podium bukan lagi anak sekolah yang mendengarkan seminar itu.

Ya, kita sudah sedewasa ini. kita pernah menjadi anak sekolah itu, kita pernah menjadi mahasiswa itu.

Tapi mengapa hati saya miris saat melihat anak-anak sekarang yang lebih menghabiskan waktunya dengan smartphone daripada bermain dengan teman-temannya?. Mereka lebih suka keluar dan sibuk membuat konten tapi lupa menikmati moment itu. Mereka sibuk menonton saat makan daripada bercerita dengan keluarganya. Seberubah itukah dunia saat ini? atau kita yang semakin dewasa yang semakin mengerti betapa hal-hal itu penting?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun