Hari ini adalah hari yang dinanti-nantikan seluruh warga SMA se-Indonesia yang jumlahnya 1,5 juta jiwa, yang telah mengikuti perhelatan ujian nasional di pertengahan bulan April yang lalu dan hari ini adalah peresmian perubahan status mereka dari siswa SMA menjadi alumni SMA dan tahapan berikutnya mereka dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, M. Nuh, jumlah kelulusan SMA tahun ini sebesar 99,48%Â sebagaimana kutipan pernyataannya, bahwa jumlah peserta UN SMA/MA tahun ajaran 2012--2013 adalah 1.581.286 siswa, dan siswa yang dinyatakan lulus UN berjumlah 1.573.036 siswa, sedangkan yang tidak lulus berjumlah 8.250 siswa. Jumlah ketidaklulusan mencapai 0,52%
Dibandingkan tahun sebelumnya, terjadi penurunan tingkat kelulusan siswa SMA dan tahun ini ada kenaikan jumlah lulusan siswa SMK. Seandainya dibeberkan bukan persennya, tetapi jumlah siswa SMA/SMK dari tahun ke tahun berapa yang mengikuti UN serta tidak mengikuti UN, sebab tidak mengikuti UN juga merupakan faktor ketidaklulusan suatu sekolah, saya pikir informasi tersebut masih bersifat seadanya. Tidak ada upaya perbaikan mutu pendidikan di era kebangkitan zaman ini, di tengah kontroversi masih perlunya UN atau tidak sepertinya tahun depan hal demikian masih terus terjadi dan terus berulang.
Sebagai bagian ritual dari suasana persekolahan, ada rekrutmen baru yang fenomenal dengan penjualan bangku dan cadangan diakhiri dengan Kelulusan Siswa yang didahului dengan Ujian Nasional terpusat sepertinya sudah menjadi tradisi turun-temurun dengan berganti-ganti nama atau sebutan. Akankah negara yang kita cintai dan banggakan ini, masih mempertahankan tradisi yang sudah tidak lagi diminati negara lain sebagai indikator kemajuan zaman atau peningkatan? Apakah ini masih disebut pembangunan?
Jika dikatakan untuk mengukur, bukankah pengukuran yang dilakukan sektoral oleh sekolah (terutama melalui guru-gurunya) cukup memadai? Jika disebut bahwa tujuan Ujian Nasional untuk memetakan sekolah-sekolah maju, menengah dan mundur dari mutu sekolah yang berarti mutu pendidikan? Bukannya lebih tepat survey bulanan, serta laporan dari supervisor mutu sekolah setiap mingguan lebih efektif dibandingkan ujian nasional?
Yah sekali lagi, kepentingan tertentu lebih menguat dibandingkan kepentingan yang sebenarnya sebagaimana pendapat Prof. Tilaar tentang pencapaian mutu pendidikan dan proses memperolehnya.
Tetapi yang penting, bahwa lulus SMA bukan berarti selesai sudah perjuangan para generasi penerus tunas-tunas bangsa melainkan terus melanjutkan pendidikan hingga mereka menjadi organ-organ pelengkap sampai menjadi organ-organ penting dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat, berbangsa, bernegara yang bertujuan mencapai keadilan bersama, kesejahteraan bersama yang bermartabat dan terpuji di mata seluruh bangsa.
Selamat Merayakan Kelulusan SMA/SMA tahun 2013, panggilan negeri menanti Anda wahai Pemuda Pemudi Indonesia !