Sering kali kita dibuat takjub dengan nilai ujian nasional yang sempurna diraih anak orang lain. Sebaliknya, kita kurang bersyukur atas prestasi anak kita sendiri karena tidak mendapatkan nilai terbaik.
Terlepas dari parameter kejujuran selama mereka mengerjakan ujian, seringkali keluar kesimpulan bahwa parameter anak yang paling sukses itu jika berada pada peringkat pertama.
Standar kesuksesan seperti ini telah menghipnotis sebagian pihak sehingga boleh menghalalkan berbagai cara. Dengan dalih menjaga reputasi sekolah bisa-bisa mengalahkan prinsip kejujuran yang selama ini ditanamkan kepada mereka.
Dari kondisi tersebut, SDIT Al-Uswah untuk tahun ketiga ini membuktikan kepada masyarakat Surabaya, bahwa prestasi akademik dengan berbekal pendidikan karakter bukan hanya sekedar jargon atau sekedar visi tanpa arti. Tapi sudah dalam tataran implementasi dan buahnya sudah bisa dilihat dan dinikmati.
Bukti dari buah pendidikan karakter yang ditekankan di tingkat SD ini adalah tentang kejujuran, SDIT Al-Uswah menempati peringkat pertama terbaik UASBN 2010 untuk kategori SD swasta Se- Surabaya. SDIT Al-Uswah bisa mengalahkan SD swasta sekelas Al-Hikmah, Muhammadiyah, Al-Falah dan Hidayatullah. Bahkan juara-juara sebelumnya seperti SD PETRA dan SD yang ngetop lainnya bisa dikalahkan oleh SDIT Al-Uswah.
Ada pengalaman menarik dari para pengawas UASBN yang kebetulan mendapat tugas menjaga anak-anak SDIT Al-Uswah. Bapak-ibu guru dari lintas sekolah itu tertegun melihat anak-anak SDIT Al-Uswah tidak ada yang gelisah, tolah-toleh atau bahkan mencontek. Semua konsentrasi di kertas soal dan jawabannya sendiri.
Bahkan ada salah satu guru dari sekolah lain tersebut melihat ada siswa yang tidak bisa mengerjakan salah satu soal, guru ini memberi jawaban kepada si anak. Tapi apa yang dilakukan si anak ini? Ternyata anak tersebut tidak mau menerima jawaban dari guru pengawas tersebut. Setelah ujian selesai dengan penasaran guru pengawas bertaya kepada anak tersebut.
“Kenapa tadi tidak mau menerima jawaban dari saya? Dengan polosnya, anak tadi menjawab: “Apa jaminannya jawaban tadi benar?”
Kepala Bidang Sumber Daya Manusia di Yayasan Ukhuwah Islamiyah sebagai induk dari SDIT Al-Uswah, Alfie Niamah Febriana SSi menjelaskan bahwa pendidikan karakter itu lebih penting daripada sekedar transfer ilmu.
“Dalam sebuah proses pendidikan, bukan sekedar transformasi ilmu yang diharapkan, tetapi lebih jauh adalah perubahan perilaku yang semakin baik juga menjadi tujuan besar dari proses tersebut,” katan Alfie.
Selain itu bukan semata nilai akademis yang diukir dari tiap mata pelajaran, namun senandung doa harian yang keluar dari lisan ananda sebelum memulai setiap aktivitasnya. “Atau lantunan surat pendek yang dilafalkan dengan jelas dan benar, ini jauh lebih berarti dibanding nilai yang tertera dalam angka,” jelas ibu dua anak.