Mohon tunggu...
Firman Seponada
Firman Seponada Mohon Tunggu...

Memegang idealisme itu laksana menggenggam bara api. Tak banyak orang mau melakukannya. Sebab, hanya sedikit yang sudi bersusah-susah mencari pelindung telapak agar tak melepuh.....

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Menentukan HL, Mudah Kok

11 Januari 2010   05:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:31 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Pagi-pagi membuka Kompasiana, saya segera tergoda tulisan Mbak Linda “Apa Kriteria HL di Kompasiana? Mohon yang Berwenang Menjawab…” Naskah berisi 695 kata itu sungguh-sungguh mewakili banyak dari kita yang bingung terhadap alasan sebuah artikel bisa menjadi berita utama di halaman muka blog sosial ini. Mbak Linda tentu saja memiliki kapasitas yang lebih dari sekadar cukup untuk cerewet atas masalah ini. Yunda kita satu ini sudah lama malang melintang di dunia kewartawanan sehingga tahu persis kriteria laik siar. Saya tengok, berita utama (HL) Kompasiana umumnya memang masih diukur dari siapa yang menulis. Tulisan Admin, tentu saja, menjadi langganan HL. Para penulis tamu juga dipastikan tulisannya segera menjadi HL pada kesempatan pertama diposting. Padahal, tulisannya sering biasa-biasa saja. Misalnya, mengumumkan pemenang lomba resensi, menurut saya tidak layak HL. Tetapi tulisan Admin mengenai pembekuan sebuah akun, tentu saja layak menjadi HL. Artinya, tulisan Admin bisa jadi tidak usah bertengger di fitur HL, kecuali memang sungguh-sungguh paling layak dibaca di antara tulisan yang lain. Sungguh, tulisan HL itu memang ada kriterianya. Maka, kita menjadi bertanya-tanya ketika ukuran itu sepertinya tidak dipakai secara disiplin di Kompasiana. Secara leksikal, HL itu punya dua pengertian. Pertama, judul atau intisari berita. Kedua, berita atau laporan utama. Dalam konteks yang kita diskusikan sekarang tentu saja HL menurut definisi kedua: berita atau laporan utama. Tulisan tersebut diberi tempat khusus agar mudah dicapai pembaca. Inilah berita atau laporan yang dianggap paling layak dibaca di antara tulisan lain yang juga layak baca. Dari sejumlah diskusi jurnalistik yang saya ikuti, ada 10 kriteria yang lazim dipakai untuk menentukan laik siar: 1. Baru, aktual 2. Unik, tidak biasa 3. Unsur keterkenalan (prominent) 4. Unsur kedekatan (proximity) 5. Unsur dampak (magnitude) 6.  Keberartian (signifikansi) 7.  Unsur konflik 8.  Unsur drama 9.  Unsur kemanusiaan (human interest) 10.Lengkap (menjawab 5W + 1H) Sebuah tulisan layak menjadi HL, idealnya jika mengandung ke-10 unsur itu. Atau setidaknya separo dari itu. Misalnya, baru, signifikan, berdampak luas, dekat dengan kita (baik secara emosi maupun geografi), dan lengkap. Admin-lah yang bertugas menakar unsur-unsur itu. Saya percaya, kawan-kawan Admin pasti paham kriteria ini. Tetapi, sejauh ini belum dipakai secara disiplin. Sehingga, tulisan “biasa-biasa” saja bisa mejeng berjam-jam di kolom HL dan mengecewakan banyak Kompasianers. Kita tahu, Kompasiana tidak hanya menampung karya jurnalistik, seperti berita, opini, kolom, atau esai. Tetapi juga mengakomodasi tulisan non-jurnalistik, umpamanya cerpen, puisi, cerita humor, bahkan uneg-uneg. Semua tulisan itu boleh dipertimbangkan menjadi HL. Tentunya dengan kriteria, tidak sembarang berdasarkan preferensi pengelola Kompasiana. Fitur Headlines dan tiga “ter” (Terpopuler, Tertinggi, Terbanyak), sudah barang tentu berpeluang menjadi yang paling banyak diklik pembaca. Sebab, dalam bayangan kita, di situlah tulisan terbaik bisa dibaca. Betapa kecewanya ketika membaca tulisan dari situ, ternyata biasa-biasa saja. Oleh sebab itu, tulisan yang masuk di fitur-fitur itu mestinya memang yang paling berbobot di antara ratusan tulisan yang diposting saban hari. Sebetulnya, tulisan yang layak HL tetapi tidak menjadi HL, bukanlah persoalan. Sebab, boleh jadi pada hari itu memang sedang banjir tulisan bermutu. Yang kita persoalkan adalah yang tidak layak HL justru menjadi HL. Orang tentu akan bertanya-tanya. Apa ukurannya? Apa karena penulisnya Admin atau kawan Admin? Agar Kompasiana menjadi makin berwibawa, saya kira Admin sudi mempertimbangkan kegelisahan Mbak Linda, saya, dan sejumlah Kompasianers mengenai kriteria HL. Ini bukan cawe-cawe atau sok urusan. Melainkan sebagai bentuk kepedulian kami kepada Kompasiana. Kami ingin blog sosial ini menjadi wadah yang berwibawa sehingga punya pengaruh besar bagi pembacanya. Salam Kompasiana

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun