Mohon tunggu...
Firli Asri Ilyasin
Firli Asri Ilyasin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Firli Asri Ilyasin

Mahasiswa Psikologi UPI

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjaga Kesehatan Mental Pelajar Selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)

25 Juli 2021   22:25 Diperbarui: 25 Juli 2021   23:03 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dunia telah dikejutkan oleh sebuah wabah virus Corona atau sering dikenal dengan COVID-19. Dimana virus ini menyebar begitu cepat dengan tingkat kematian semakin hari semakin bertambah. Di Indonesia sendiri virus corona mulai di deteksi pada 2 Maret 2020 setelah Presiden Joko Widodo mengumumkan ada dua warga negara yang positif corona. Virus corona ini terus berkembang dan menyebar dibeberapa daerah di Indonesia. Hari demi hari pasien positif COVID-19 di Indonesia semakin bertambah.

Fenomena ini membawa petaka bagi kehidupan khususnya dibidang pendidikan. Semua kegiatan beralih fungsi dari yang asalnya serba tatap muka, menjadi daring (dalam jaringan). Penyesuaian kebiasaan baru ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi anak-anak. Mereka yang terbiasa selalu berinteraksi dengan teman dan pergi ke sekolah mendadak harus diam di rumah seharian.

Banyak orang tua yang mengungkapkan keluh kesah karena anaknya sulit berkonsentrasi saat pembelajaran jarak jauh atau daring ini. Salah satu penyebab menurunnya tingkat konsentrasi anak yaitu kebosanan. Maka dari itu, tidak sedikit anak-anak yang rindu segera kembali ke sekolah seperti biasa lagi.

Bagi sebagian anak hal ini menjadi tantangan tersendiri dan bukan hal yang mudah,  mungkin berpengaruh pada mental mereka juga. Bahkan, beberapa orangtua mulai melihat dampak emosional dan perilaku pada anak-anak mereka. Sebuah studi baru dari Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) menunjukkan bahwa anak-anak yang menjalani sekolah virtual ---baik penuh waktu atau paruh waktu--- melaporkan peningkatan risiko kesehatan mental. (kompas.com, 2021).

Penelitian tersebut dilakukan pada bulan Oktober dan November tahun 2020 yang melibatkan 1.290 orangtua dengan anak-anak berusia antara 5 dan 12 tahun. Sebanyak 45,7 persen orangtua mengatakan bahwa anak-anak mereka hanya mengikuti sekolah virtual, 30,9 persen melakukan sekolah tatap muka saja, dan 23,4 persen melakukan kombinasi pembelajaran virtual maupun tatap muka. Hasilnya, studi itu menemukan bahwa hampir 25 persen orangtua dengan anak-anak yang mengikuti sekolah virtual melaporkan adanya masalah kesehatan emosional dan mental anak-anak mereka. (kompas.com, 2021).

Temuan studi itu memunculkan perhatian pada kesejahteraan anak-anak secara keseluruhan selama pandemi Covid-19 berlangsung. Perlu diketahui, ada beberapa contoh gangguan kesehatan mental saat pandemi, seperti:

  • Ketakutan atau kecemasan berlebih terhadap wabah.
  • Perubahan pola makan dan pola tidur.
  • Bosan dan stres karena terlalu lama berada dirumah.
  • Sampai memburuknya kesehatan fisik dan gangguan psikomatis.

Gangguan mental dapat menyerang berbagai usia, termasuk anak-anak dan remaja.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention, Mental anak merupakan salah satu pencapaian dalam tumbuh kembang anak yang penting diperhatikan. Anak yang sehat secara mental memiliki energi positif untuk berkegiatan di sekolah, rumah, dan komunitas; dapat mengendalikan emosinya, dan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Untuk mengetahui apakah anak mengalami kejenuhan atau tidak selama school from home, berikut terdapat ciri-ciri anak memiliki kesehatan mental yang baik:

1. Emosi stabil

2. Percaya diri

3. Ceria dan mudah bergaul

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun