Mohon tunggu...
Arief Firhanusa
Arief Firhanusa Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pria yang sangat gentar pada ular

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kedok Hantu "Dunia Lain" Trans7 Justru Dibongkar TransTV

15 Oktober 2013   11:23 Diperbarui: 4 April 2017   18:25 238227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

SERBA tahayul dan serba bikin merinding masih digetoli masyarakat kita, bahkan warga dunia. Sebab itu, Trans7 masih memroduksi "(Masih) Dunia Lain", "Dua Dunia", dan "Mister Tukul Jalan-jalan". Bulu kuduk penonton dibuat merinding, itulah tujuan program ini, tanpa ada pesan moral maupun religi seperti dulu pernah disampaikan para ustadz di ujung acara "Dunia Lain".

Tempo hari sekilas saya menonton parodi "(Masih) Dunia Lain". Kalau tidak salah dalam program "Supertrap" TransTV. Namanya juga parodi, maka sajian yang disuguhkan tentu saja ingin mendulang gelak tawa, meski dalam parodi ini dihadirkan pula Citra Prima, parapsikolog cantik yang menjadi bumbu penyedap "(Masih) Dunia Lain". Dan meski parodi pula, di program "Supertrap" itu juga digelar uji nyali.

Dalam uji nyali itu, dihadirkan seorang perempuan muda. Setelah Citra basa-basi sebentar menguatkan mental "si pemberani" tersebut, maka lampu-lampu pun dipadamkan, mirip skenario di Trans7. Ruangan berantakan macam gudang tak terururs itu begitu menyayat dan hening.

Beberapa saat kemudian, 'gangguan' pun datang. Macam-macamlah, mulai dari suara-suara merintih mengerikan, kardus-kardus tumbang dari ketinggian padahal tak ada angin, dan yang konyol adalah mendadak muncul tukang sate.  Tukang sate yang mengerikan, karena pria ini muncul di ambang pintu yang remang-remang, menawari sate dengan suara gumam, kemudian berlalu seperti hantu ...

Saya tertawa, tapi getir. Kegetiran yang beralasan lantaran mendadak ingatan saya hinggap di acara "(Masih) Dunia Lain" yang asli, yang diproduksi saudara kandung TransTV, yakni Trans7. Hei, bukankah parodi TransTV ini justru mempersempit jarak antara percaya dan tidak percaya akan program "(Masih) Dunia Lain"? Bukankah parodi ini justru makin memperkuat asumsi masyarakat bahwa "(Masih) Dunia Lain" dan program hantu-hantuan sejenis adalah rekayasa belaka?

Dalam setiap uji nyali, sering ada lemparan benda ke atas genting, bayangan yang berkelebat, atau auman harimau dan suara rintihan wanita. Dulu-dulu kita menganggap bahwa gangguan-gangguan tersebut benar-benar dilakukan oleh demit atau arwah gentayangan, atau meleset-melesetnya pocong yang berkeliaran. Namun, begitu menyaksikan parodi TransTV ini, bahkan anak-anak pun kemudian memakai nalarnya untuk menyimpulkan: "Ah, berarti uji nyali yang saya tonton selama ini cuma dibikin oleh kru televisi ... "

Tanpa menyepelekan kinerja tim kreatif  Trans7, tak jarang bentuk-bentuk horor yang diciptakan memang lebay. Lensa kamera mendadak men-zoom sendiri, boneka di gantungan tiba-tiba bergerak seolah ada yang menyentuh, suara keras seperti batu jatuh. Dalam kondisi sudah kendor tuasnya, lensa kamera bisa bergeser karena ada getaran, sehingga tercipta zoom atau gambar yang blur. Boneka mungkin tertiup angin dari ventilasi, pun benda jatuh bisa pula akibat ulah tikus. Celakanya, hal-hal kecil ini didramatisasi sehingga seolah-olah para hantu di tempat itu usilnya bukan kepalang.

Dramatisasi juga merembet ke "Dua Dunia", dimana selalu ada orang kesurupan. Orang kesurupan yang bisa diajak ngobrol. Obrolan yang tak jarang sangat tidak masuk akal. Bagaimana bisa? Coba dicerna, masa arwah orang kuno jaman kerajaan bisa bertutur dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar!

"(Masih) Dunia Lain" dan konco-konconya mungkin tontonan yang menghibur. Tak pelak, juga bisa menjadi wahana mendekatkan diri kita kepada Sang Pencipta. Asal, itu tadi, sajiannya jangan lebay, dong! (Arief Firhanusa)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun