Mohon tunggu...
firdhalif
firdhalif Mohon Tunggu... Lainnya - warga biasa

just so so

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Review of The Freedom Writers Diary"

12 Maret 2018   11:57 Diperbarui: 12 Maret 2018   12:15 1261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita yang terinspirasi dari tulisan ini adalah sebuah film yang di produseri oleh  Danny Devito, Michael Shamberg, dan Stacey Sher berdasarkan buku "The Freedom Writers Diary" yang ditulis oleh Erin Gruwell. Review dari film tersebut adalah banyaak sekali cerita tersirat yang menggambarkan sosok guru inspiratif yang mencurahkan segala perhatian dan hidupnya untuk murid kelas 203 di sebuah high school. Cerita ini didasarkan pengalaman pribadi seorang Erin Gruwell yang diperankan oleh Hillary Swank.

Dalam film tersebut diceritakan kehidupan di Amerika yang begitu kental dengan ras dan suku masing-masing. Mereka berjuang mempertahankan suku masing-masing. Tak terkecuali di kehidupan sebuah sekolah, kalau di amerika disebut sebagai High School. Siswa tersebut terbagi atas kubu sesuai dengan suku-suku. Ada kamboja, china, latin, kulit putih, serta kulit hitam. Mereka hidup berdampingan namun tidak saling mendukung. Mereka mendukung suku masing-masing.

Dalam kesemrawutan keadaan kelas tersebut, datanglah seorang guru baru bernama Erin Gruwell dengan panggilan akrabnya Miss G beliau ditempatkan di kelas 203. Beliau mengampu pelajaran Bahasa Inggris dasar. Awalnya, Miss G sempat tidak tahan dengan melihat keadaan kelas yang ricuh di tiap harinya, selain itu semakin lama semakin banyak yang bolos kelas. Namun, beliau tetap mengajar dengan ulet. Hingga tibalah di suatu kesempatan, Miss G memberikan sebuah pembelajaran dan salah satu murid  mengacau dengan menyebarkan gambar yang intinya penghinaan terhadp fisik orang yahudi.

Dan sampailah gambar itu pada  Miss G. Pada scene tersebut, digambarkan situasi seorang guru mengahdapi permasalahan yang ada dalam kelas dan tindakan penyelesaiannya. Atau biasa dikenal di kalangan profesi guru dengan tindakan kelas. Nah, disitulah Miss G mulai menangkap analisis karakter peserta didiknya. Siswa disana lebih akrab dengan sebutan geng yang telah melekat pada pemikiranya. Dalam bagian ini bisa dikatakan dalam Bimbingan Konseling sebagai penafsiran, yaitu langkah ketiga dalam pelayanan konseling.

Dariisanalah Miss G memulai perjuangannya untuk membenahi anak-anak ini. For your information yaa yang dilakukan Miss G dalam film ini terkait dengan pelayanan yang dilakukan oleh BK, beginilah tahapannya :

  • Pengantaran.
  • Penjajakan
  • Penafsiran
  • Pembinaan
  • Penilaian.

Beliau mencoba untuk memberikan buku pelajaran yang sama dengan murid-murid kelas lain, begitu pula beliau ingin membela anak-anak ini untuk semangat bersekolah. Namun Miss G tidak mendapat pembelaan yang bagus dari guru-guru lain. Hingga suatu ketika beliau mengadakan sebuah permainan yang diberi nama Line Games. Dalam permainan ini berisi permainan dimana murid harus maju sampai garis jika pertanyaan yang diajukan sesuai dengan keadaanya.

Dalam permainan ini Miss G berusaha untuk memahami keadaan murid masing-masing di ruang kelas 203. Kemudian, beliau memberikan tiap anak satu nuku untuk menunagkan ceritanya masing-masing. Entah apapun itu yang akan ditulis, ini untuk menumbuhkan minat menulis anak tak peduli apapun yang ditulis tiap harinya. Hingga di akhir film ini diceritakan bahwa beliau mnegajar nak-anak ini hingga lulus dari sekolah dan mereka membuat komunitas freedom writers diary untuk mencertikan kisah masing-masing.

Dalam cerita ini memiliki pesan menulislah walau tak ada yang membacanya. Miss G menyuruh murid- muridnya menceritakan kisahnya masing-masing dan menyatukannya menjadi sebuah buku seperti milik Anne Frank. " we have something to say peoples " kami punya sesuatu yang harus katakan pada orang-orang. "we were writers with our own voices, our own story and even if nobody read it.. buku itu menjadi peninggalan yang mengatakan kami pernah ada disini." "this is what happen, we matter" walau itu untuk satu sama lain, dan kami takkan lupa. " soo, just write and write " salam menulis, sampai jumpa lagi kompasianer.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun