Mohon tunggu...
Firdaus Ferdiansyah
Firdaus Ferdiansyah Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Lagi asyik ngampus di universitas nomor satu

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Rokok Jelas Memperparah Penerapan KTR dan KLA di Tengah Status KLB Covd-19 Surakarta

16 Juni 2020   13:38 Diperbarui: 16 Juni 2020   13:36 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi berhenti merokok (MarcBruxelle)

Jauh sebelum terjadinya pandemi COVID-19 yang memungkinkan Pemerintah Kota Surakarta menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB), ada beberapa persoalan yang terjadi selama proses penyesuaian Perda KTR. Hal ini coba dirangkum oleh Yayasan KAKAK yang bekerjasama dengan Forum Anak Surakarta dan Pendamping Forum Anak. Hasilnya, dari 10 sekolah yang masuk dalam radar monitoring 81% area masih saja terdapat puntung rokok dan tercium bau asap rokok meskipun terdapat tanda dilarang merokok. Sekolah yang seharusnya menjadi salah satu garis terdepan untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, serta terbebas dari asap rokok justru menjadi incaran para pedagang dan industri rokok menjadi tempat strategis sebagai bentuk kerjasama.

Meski demikian, data menunjukkan 56% aktivitas merokok di pintu keluar masuk menjadi salah satu upaya untuk memenuhi rasa aman/nyaman pada orang lain. Ini juga didukung dengan adanya beberapa aktivitas merokok di tempat khusus merokok.

engoo.com
engoo.com
Dengan penerapan status Kejadian Luar Biasa membuat masyarakat diminta untuk work from home atau study from home yang meningkatkan kemungkinan bertemu/berkumpul-nya perokok pasif dengan perokok aktif. Orang dewasa yang menjadi perokok aktif akan secara langsung meningkatkan paparan asap terhadap para perokok pasif. Anak-anak akan menjadi kelompok rentan berisiko terpapar asap rokok jika tinggal atau berada di lingkungan seorang perokok aktif. Kelompok rentan adalah mereka yang memiliki masalah kesehatan, seperti penyakit kardiovaskular, pernapasan, dan diabetes yang kemungkinan memiliki kebiasaan merokok. Hal ini yang menunjukkan, perokok lebih berisiko menderita reaksi parah atas COVID-19. Ini tentu akan menimbulkan risiko signifikan terhadap kesehatan anak-anak.

Perlindungan anak sudah seharusnya menjadi tugas bersama seluruh elemen masyarakat. Perwujudan Kawasan Tanpa Rokok menjadi salah satu alternatif untuk memberikan perlindungan terhadap anak. Bagaimana kemudian masyarakat mencoba melindungi anak anak untuk menjadi perokok aktif, serta melindungi mereka dari perokok pasif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun