Mohon tunggu...
FIQRI RAMADHAN HIDAYATULLOH
FIQRI RAMADHAN HIDAYATULLOH Mohon Tunggu... mahasiswa

Hallo perkenalkan nama saya fiqri Ramadhan, saya berasal dari S1 Agribisnis, PSDKU Universitas Brawijaya, dan blog ini akan aktive selama tugas PKKMB Prabaswara 61 selesai.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Inovasi Bubur MP-ASI Berbasis Daun Katuk dan Beras Merah untuk Mencegah Stunting pada Anak Usia Dini

30 Mei 2025   19:37 Diperbarui: 30 Mei 2025   19:37 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Stunting merupakan masalah gizi kronis yang berdampak pada tumbuh kembang anak dan masih menjadi tantangan besar di Indonesia. Salah satu penyebab utama stunting adalah kurangnya asupan gizi pada masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Penelitian ini bertujuan untuk menawarkan solusi alternatif berupa inovasi bubur MP-ASI berbasis bahan lokal, yaitu daun katuk (Sauropus androgynus) dan beras merah (Oryza nivara), yang kaya akan kandungan gizi penting untuk menunjang pertumbuhan anak usia dini. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif melalui pendekatan studi pustaka guna menganalisis kandungan gizi kedua bahan dan relevansinya dalam pencegahan stunting.Hasil kajian menunjukkan bahwa daun katuk mengandung protein, zat besi, vitamin A, vitamin C, kalsium, dan senyawa pelancar ASI yang dapat mendukung pertumbuhan optimal bayi. Sementara itu, beras merah mengandung karbohidrat kompleks, serat, vitamin B kompleks, zat besi, dan magnesium yang menunjang perkembangan otak dan sistem pencernaan. Kombinasi keduanya menghasilkan produk MP-ASI alami yang bergizi seimbang, bebas bahan kimia tambahan, dan mudah diolah, sehingga menjadi alternatif praktis dan sehat bagi ibu-ibu menyusui serta anak usia 6–24 bulan kandungan nutrisi yang lengkap dan proses pengolahan yang sederhana, inovasi bubur MP-ASI ini berpotensi menjadi strategi efektif dalam menurunkan angka stunting di Indonesia. Penggunaan bahan lokal juga menjadikan produk ini terjangkau dan berkelanjutan, sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), khususnya dalam mengakhiri kelaparan dan segala bentuk malnutrisi pada tahun 2030.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun