Mohon tunggu...
Fiona Try
Fiona Try Mohon Tunggu... Jurnalis - S1 Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

When nothing is sure, everything is possible.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pinokio dalam Jamming Culture?

28 Maret 2021   20:53 Diperbarui: 28 Maret 2021   21:13 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perkembangan inovasi teknologi informasi melaju cepat akibat adanya globalisasi. Perkembangan  komunikasi digital telah mendorong berkembangnya lingkungan digital, dan sebagai hasilnya, bermunculan media digital yang memasukkan teks, video, audio, dan gambar. Penggunaan aplikasi membaca digital dapat menimbulkan perilaku membaca digital. 

Perkembangan teknologi yang semakin pesat pada era ini membuat masyarakat mulai menggunakan media digital untuk membaca terutama dalam membaca berita, hal ini dikarenakan penggunaan media bacaan digital sangat mudah didapat dan fleksibel, serta jenis dan genre-nya juga sangat banyak. Konten bacaan yang disediakan juga lebih beragam. Oleh sebab itu masyarakat lebih mudah mengakses informasi yang tersedia pada internet, dan pengguna internet atau masyarakat dapat memilih isi konten yang diinginkan.

Globalisasi telah membawa kemajuan dan modernisasi zaman, sehingga muncul pro dan kontra dari konsep-konsep baru di dunia ini. Dalam debat ini, konsep rasionalitas dalam komunikasi dikedepankan untuk menjelaskan perlunya dunia melihat konsep tersebut dengan lebih jelas. Akibat dari globalisasi adalah tatanan kehidupan dalam masyarakat atau berbagai aspek yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat, seperti perubahan sosial, ekonomi, politik, sosial dan budaya. 

Salah satu perubahan sosial yang terjadi dalam budaya adalah penguasaan masyarakat sosial, seperti budaya kapitalis, karena seringkali mendominasi kehidupan manusia. Oleh karena itu, masyarakat memiliki pendapat dan pandangan kritis tentang kebebasan, gaya hidup, mode, dan musik di masyarakat.

Salah satu bentuk protes masyarakat mengenai protes terhadap dominasi yang terjadi dalam lingkup sosial antara lain Jamming culture. Menurut Carducci (Handucciman dan Kozinets) dalam Carducci (2006, p. 116), jamming culture diartikan sebagai upaya aktivis sosial yang terorganisir untuk memerangi informasi yang berorientasi pada konsumen di media massa. 

Praktisi jamming culture percaya bahwa nilai-nilai budaya, politik, dan sosial telah terdistorsi oleh lingkungan bisnis yang jenuh hanya untuk menyampaikan audiens target kepada produsen dan sponsor (Dutta, 2011). Jamming culture berangkat dari pemikiran postmodernisme. Karena pada dasarnya mereka memiliki konsep berpikir yang sama.

Postmodernisme hadir sebagai era sejarah baru dan akan tercermin dalam kehidupan masyarakat. Ini akan menghasilkan produk baru secara ekonomi, politik dan budaya. Produk ekonomi, politik dan budaya yang dihasilkan oleh era modernis akan digantikan oleh produk yang dihasilkan oleh konsep postmodernisme yang akan saling bertentangan (Alistiana, 2018). 

Postmodernisme mencakup unsur sejarah dan budaya sebelumnya. Hal ini mencerminkan esensi dari konsep postmodernisme yang lebih mementingkan emosi daripada akal. Selain itu, postmodernisme lebih memperhatikan media daripada konten yang disampaikan, dan pemilihan simbol lebih penting daripada makna yang dibawa oleh simbol-simbol tersebut. 

Orang dengan postmodernisme juga memegang ketidakpastian seperti keyakinan lebih kuat daripada fakta. Dibandingkan dengan dunia universal, fakta dan etika, masyarakat dengan lingkungan postmodern lebih memperhatikan dunia fiksi, parsial dan estetika (Alistiana, 2018).

Media Indonesia, Tempo, melakukan praktik jamming culture. Majalah Tempo edisi "Janji Tinggal Janji" dengan gambar Joko Widodo dengan hidung yang panjang seperti tokoh kartun anak-anak yang kerap berbohong, pinokio. Majalah Tempo menyatakan tidak pernah bermaksud menghina sampul komik Kepala Negara Presiden Joko Widodo dengan "Janji" versi terbaru.

Hal ini merupakan bentuk kritik terhadap Presiden Jokowi, terhadap pelaksanaan "janji" Jokowi pada saat pemilu. Fenomena ini dilihat sebagai sebuah jamming culture karena  mengorganisir aktivis sosial untuk memerangi informasi berorientasi konsumen di media massa. Hal ini mencerminkan esensi dari konsep postmodernisme yang lebih mementingkan emosi daripada akal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun