Mohon tunggu...
findraw
findraw Mohon Tunggu... Administrasi - Indescripable

Indescripable

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Memperhatikan keberadaan Tuhan

11 Januari 2015   13:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:22 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Membaca kisah viral di internet mengenai bagaimana seorang Albert Einstein mendebat profesornya tentang masalah ketuhanan dan kejahatan, mengantarkan saya pada beberapa blog yang membahas tentang atheisme. Dan membaca beberapa artikel yang terdapat pada beberapa blog tersebut benar-benar membuat saya terpukau. Tulisan-tulisan yang terdapat dalam blog tersebut disajikan dengan cara yang canggih dan intelek, menambah wawasan ilmu pengetahuan, meski harus saya akui bahwa banyak ulasan dalam artikel tersebut yang tidak saya pahami. Saya merasa menjadi seorang pandir karena ilmu-ilmu ternyata masihlah teramat dangkal dan komen saya tidak akan pantas untuk dijadikan bahan diskusi. Namun, dari ulasan-ulasan lainnya yang berhasil saya pahami, ada beberapa hal yang sedikit dapat saya simpulkan mengenai apa itu atheisme.

Atheis tidak menuhankan apa pun; mereka tidak menuhankan sains. Mereka hanya butuh bukti yang bisa dipahami oleh logika. Sains hanya sekedar alat pembuktian saja. Ada bukti, logis, maka percaya. Dengan kata lain, kaum atheis memiliki pandangan keyakinan yang mudah dan simpel; mereka adalah safe player. Di samping itu, para atheis juga tidak merasa perluterburu-buru untuk menjelaskan apa pun, atau menyajikan bukti apa pun, karena pada akhirnya semua misteri yang ada di dunia ini akan terkuak sendiri pada waktunya. Mereka beranggapan bahwa sejatinya sejatinya ilmu pengetahuan telah tersebar di seluruh alam semesta, hanya saja masih menunggu untuk ditemukan. Dan lambat-laun, dengan makin berkembang dan canggihnya teknologi maka sains akan mampu mengurai penjelasan fenomena-fenomena-tak-terjangkau-akal-saat-ini dengan jawaban yang cukup gamblang dan memuaskan.

Berbeda dengan iman para atheis yang tidak membutuhkan tuntutan, maka kepercayaan yang dianut oleh para penyembah Tuhan membutuhkan banyak pengorbanan. Termasuk diantaranya adalah bersusah-payah melakukan ritual ibadah, menjeratkan diri dalam urusan halal-haram, selalu waspada terhadap berbagai gejala polusi hati, belum lagi masalah toleransi perbedaan keyakinan serta tetek-bengek kebaikan universal lainnya. Dan semua pengorbanan itu menuntut pembuktian instan yang seringkali dipandang tidak logis. Namun seperti kaum atheis, para theis pun tidak terlalu merasa perlu repot-repot menjelaskan kepercayaan mereka karena bagaimanapun juga ketidaklogisan itu akan mendapatkan penjelasan. Kalaupun tidak oleh sains, maka Sang Perumus sains sendirilah yang akan menjelaskan dan membuktikannya. Karena bagi kaum theis, tidak setiap bukti bisa dilogisisasi; tidak semua fenomena yang ada di dunia ini bisa diterima oleh akal. Bagi mereka, alam semesta ini tidak semata-mata tersusun oleh yang bersifat fisik/materi saja; namun ada juga meliputi bahasan metafisik, yaitu psikologi (rasa kemanusiaan) maupun hal yang ghaib (misal: surga, neraka, setan, malaikat, bahkan Tuhan itu sendiri). Dengan kata lain, iman tidak membutuhkan penjelasan, melainkan keyakinan terhadap kalimat-kalimatNYA yang disampaikan melalui para nabi dan rasul.

Karena kaum theis meyakini konsep penciptaan, sementara kaum atheis mengingkarinya, maka jelas sudah bahwa dua kelompok tidak akan pernah bisa sepakat tentang pandangan hidup maupun standar moralitasnya. Namun pada akhirnya, semua pasti akan bertemu di titik yang sama: 'ketika semuanya telah dapat dijelaskan'. Dan ketika ajal telah datang untuk menjemput, semua yang mengaku paling benar akan mendapatkan konsekuensi atas pandangan masing-masing. Jika yang ternyata benar adalah pandangan kaum atheis maka seluruh masalah perbedaan pandangan ini tidak akan menjadi masalah lagi; kematian menyatukan semua perbedaan. Namun konsekuensi baru akan muncul ketika yang terbukti benar ternyata adalah pandangan kaum theis; karena kematian itu akan berarti bahwa masalah bagi para atheis baru saja dimulai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun