Mohon tunggu...
Filia SekarArum
Filia SekarArum Mohon Tunggu... Lainnya - MAHASISWA

MAHASISWA SEMESTER 6

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Motif Psikologis Pelaku Korupsi

18 April 2021   20:00 Diperbarui: 19 April 2021   20:39 2151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Korupsi tidak hanya merupakan perbuatan yang melanggar hukum namun juga melanggar norma adat, norma agama dan sangatlah merugikan orang banyak. masalah korupsi ini memanglah telah mendarah daging di kehidupan terutama di negara ini, banyaknya masalah lain yang disebabkan korupsi ini menjadikan korupsi sebagai masalah inti dari segala masalah yang menyebabkan rusaknya tatanan negara ini. Nah pernahkah kalian berpikir bagaimana Korupsi dipandang dalam motif Psikologis? Berikut kami akan membahas bagaimana motif Psikologis pelaku korupsi. 

Korupsi sebagai perbuatan yang dilarang oleh semua agama tentu hanya dilakukan oleh seseorang yang tidak menjalankan ajaran agama yang dianutnya secara utuh. Dalam konteks psikologi agama, sang koruptor hanya memiliki keyakinan kuat pada agamanya, menjalankan ritual agama dalam kesehariannya, dan memiliki pengetahuan agama yang tinggi. Hanya saja keyakinannya tidak memberi efek moral dalam kehidupannya, padahal keyakinan sejatinya harus menjadi pembimbing semua tindakan, pikiran, dan perasaan orang beragama. Agama disini dijalankan hanya sebatas manifestasi ritual secara formal dan motorik semata, seperti mengerjakan sholat pada orang Islam atau pergi ke Gereja bagi umat Kristiani. Memiliki keyakinan kuat, menjalankan ritual, dan memiliki pengetahuan tinggi tentang agama yang dianutnya, semua itu tidak menjadi bagian dari pengalaman keagamaan koruptor. Sehingga peribadatan apapun tidak akan memberikan efek apapun tanpa melibatkan tindakan, perasaan dan pikiran secara utuh. Bila orientasi agama tidak memberikan efek moral bagi pelaku korupsi. Lantas, bagaimana sebenarnya yang melatarbelakangi atau motif seseorang melakukan korupsi?

Terdapat berbagai macam motif seseorang melakukan korupsi, disini kami menyimpulkan dan membagi menjadi dua, yaitu motif afiliasi dan motif kekuasaan.

- Motif Afiliasi

Mengacu pada teori motivasi yang dikemukakan McClelland (dalam Sulis W, 2017) menemukan bahwa motif afiliasi dan kekuasaan memiliki hubungan langsung dengan perilaku suap sebagai bagian dari perilaku korupsi. Hubungan antara motif afiliasi dengan perilaku suap diperantarai keadilan distributif. Suap akan terfasilitasi dan terjadi secara terus-menerus ketika kedua belah pihak (penyuap dan penerima suap) memiliki persepsi yang sama sehubungan dengan seberapa adil pertukaran tersebut. Disini sebuah organisasi atau perusahaan dapat mempengaruhi pegawai pemerintah ketika mereka memberikan suap. Manfaat komersial dapat diperoleh ketika organisasi atau perusahaan mempengaruhi pegawai pemerintah lewat suap. 

Selanjutnya adalah faktor Solidaritas. Berdasarkan suatu kasus yang terjadi pada pelaku korupsi, kendati orang Indonesia tidak setuju dengan korupsi dan merasakannya sebagai hal yang merugikan masyarakat. Namun ketika mereka berada dalam suatu sistem dan justru terlibat di dalamnya hingga tidak mampu untuk menolak dan muncul perasaan tidak berdaya untuk “berbeda” dari kelompoknya, serta kurangnya “bantuan” dari luar untuk menolak korupsi. Ketidakberdayaan itulah akhirnya, meniru lingkungan ini yang kemudian menyebabkan timbulnya korupsi di masyarakat. 

- Motif Kekuasaan

Korupsi ibarat bayangan yang akan selalu mengikuti kemanapun subjek kekuasaan berada, dimana ada wewenang dan kekuasaan, maka korupsi akan berada tidak jauh dari situ. Motif kekuasaan paling tinggi dibandingkan dengan motif lainnya tergambar dari jabatan mereka yang relatif tinggi di pemerintahan maupun di dunia bisnis. Individu dengan motif kekuasaan tinggi memiliki kebutuhan akan status, pengakuan, dan penghargaan dari orang lain. Sayangnya, motif kekuasaan yang ditunjukkan adalah motif yang sifatnya personal, yaitu motif berkuasa yang didasarkan pada kebutuhan pribadi dan egoistis. Motif inilah yang kemudian menekan individu mencari jalan pintas untuk berkuasa, salah satunya melalui korupsi. Selain itu, faktor ingin mendapatkan uang dengan jalan korupsi juga terlibat didalamnya, seseorang akan merasa tidak puas dan selalu kurang akan finansialnya saat ini dimana dengan kekuasaan yang dipunyainya ia dapat memperoleh uang secara instan untuk memenuhi keserakahannya. 

Nah, berdasarkan isi yang sudah kalian baca gimana nih apa yang bisa kalian ambil dari isi diatas? jadi, berdasarkan dari motif psikologis seorang pelaku korupsi bahwa ada dua yaitu motif kekuasaan dan motif afiliasi.  Korupsi merupakan sebuah perbuatan yang tidak dapat dibenarkan dalam segi apapun walau dalam skala paling kecil sekalipun, maka dari itu korupsi sebisa mungkin dicegah sejak adanya keinginan korupsi di pribadi masing-masing. 

Daftar Pustaka

Salama, Nadiatus. 2014. Motif dan proses Psikologi Korupsi. Jurnal Psikologi. 41(2):149-164.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun