Oleh : Muhammad Fikry Adrian Pratama 1) dan Prof. Junianto 2)
1. Mahasiswa Program Studi Perikanan Unpad
2. Dosen Program Studi Perikanan Unpad
Terasi atau belacan adalah bumbu masak yang dibuat dari ikan dan/atau udang rebon yang difermentasikan. Terasi merupakan bumbu masak yang cukup populer di kawasan Asia Tenggara dan Tiongkok Selatan. Terasi memiliki bau yang khas. Di Indonesia terasi tak hanya digunakan untuk membuat sambal, tetapi terasi juga digunakan sebagai penyedap masakan dalam berbagai resep tradisional Indonesia. Tak hanya Cirebon yang terkenal dengan terasinya, Lombok, Belitung hingga Rembang pun punya terasi yang enak dengan ciri khasnya masing-masing.
Proses pengolahan udang rebon menjadi terasi menyebabkan terdapat nilai tambah pada produk tersebut. Perhitungan nilai tambah dilakukan untuk mengetahui penambahan nilai dari proses pengolahan bahan baku menjadi terasi. Perhitungan nilai tambah pada produk terasi dilakukan per satu kali proses produksi. Output adalah jumlah olahan terasi yang dihasilkan dalam satu kali proses produksi. Pada pembuatan produk terasi menghasilkan perhitungan sebagai berikut:
Nilai Output (Rp/kg) Â : Â Â Â Â Â 150.000
Nilai Input (Rp/kg) Â Â : Â Â Â Â Â 80.000
Nilai Tambah (Rp/kg) : Â Â Â Â Â 70.000Â
Perolehan nilai output per kg bahan baku yang digunakan dengan mengalikan harga jual dengan jumlah terasi yang diproduksi, lalu dibagi dengan jumlah bahan baku yang digunakan. Harga jual terasi sebesar Rp. 150.000/kg dengan jumlah produksi sebesar 70 kg/bulan tergantung dengan ketersediaan bahan baku.
Nilai input merupakan jumlah biaya yang terdiri dari biaya bahan baku ditambah dengan biaya input lainnya yaitu biaya tenaga kerja, biaya bahan bakar dan biaya penyusutan alat perkilogram bahan baku yang digunakan.
Terasi menghasilkan nilai tambah yang positif sebesar Rp. 70.000/kg. Menurut Artika dan Marini (2016), untuk memperoleh nilai tambah yang positif dan lebih tinggi maka pihak perusahaan harus melakukan efisiensi terhadap biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja.