Harga minyak sawit akan semakin melemah dalam jangka pendek karena melemahnya permintaan dan distress selling oleh produsen utama Indonesia, konsultan komoditas LMC International memperkirakan mulai hari Selasa kemarin (26/7).
Harga minyak sawit mentah acuan Malaysia FCPOc3 naik ke rekor tertinggi awal tahun ini karena invasi Rusia ke Ukraina dan larangan ekspor sementara oleh Indonesia memperketat pasokan minyak nabati global.
Meskipun larangan tersebut dicabut, ekspor Indonesia belum kembali ke level normal karena pemerintah mewajibkan perusahaan untuk menjual sebagian dari hasil produksinya di dalam negeri sebelum mengeluarkan izin ekspor, dalam upaya untuk mengendalikan harga minyak goreng lokal.
kepala wilayah Asia Tenggara LMC International pada konferensi industri, Julian McGill mengtakan Hal ini menyebabkan lonjakan stok dan penurunan harga. Harga minyak sawit mentah domestik Indonesia juga menderita karena kelebihan pasokan yang sangat besar dan kesulitan dalam memulai kembali ekspor.
"Anda akan melihat pelemahan harga karena Indonesia menjadi penjual yang benar-benar tertekan,"katanya.
Julian menambahkan, pekan lalu pemerintah Indonesia mengatakan sedang mempertimbangkan untuk menghapus persyaratan penjualan domestik untuk ekspor minyak sawit karena tingginya persediaan minyak nabati dan menahan pemulihan harga buah kelapa sawit. Tanda-tanda yang jelas dari penurunan permintaan dan produksi puncak mendatang di Indonesia akan semakin membebani pasar.
"Jadi Anda harus bekerja dengan fakta bahwa semakin banyak minyak yang datang, bagaimana Anda menghilangkannya. Ini adalah bencana," tambahnya.
"Ketika ekspor Indonesia kembali normal, pasokan minyak sawitnya akan menuju ke Malaysia, produsen minyak sawit terbesar kedua," pungkasnya.