Mohon tunggu...
Fikri Maulana
Fikri Maulana Mohon Tunggu... Politisi - Sekedar Kaum Tertindas

Muda Berkarya, Tua Bahagia, Sukses Muda, Mati Masuk Surga.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Toleransi Beragama dalam Meningkatkan Pribumisasi Islam Indonesia

2 April 2021   11:55 Diperbarui: 2 April 2021   12:07 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Fenomena yang terjadi belakangan ini, memberikan kita sedikit gimmick yang sangat transendental dan yang menjadikan keheranan bagi kita semua yakni mengapa harus berkostumkan Islam dan keterlibatan perempuan didalamnya, maka ini harus menjadi bahan refleksi bersama berkenaan hal tersebut yang mampu mengakibatkan banyak intrik dalam kelompok beragama, khususnya agama Islam.

Islam hadir ke Nusantara atau yang sekarang menjadi Indonesia, sebagai akulturasi budaya yang membuat agama dan budaya ini menjadi suatu kesatuan yang tak dapat dipisahkan, maka hal ini menjadikan Islam sebagai bentuk indoktrinasi bagi masyarakat Nusantara yang memiliki seputar kultural yang melekat, dan mampu dielaborasikan oleh Walisongo menjadi medan dakwah secara hegemoni kebudayaan.

Dahulukala di abad-abad yang silam, Islam dibawa ke Nusantara oleh  Syech Syubakir selaku pedagang dan mendapatkan misi menyebarkan agama Islam di Nusantara, namun menuai kontroversi lewat cara penyebarannya yang bertolak belakang dengan masyarakat penganut kapitayan. Kemudian oleh keturunannya, Maulana Malik Ibrahim atau dikenal sebagai Sunan Gresik yang mampu berintegrasi secara pergumulan kultural masyarakat Nusantara yang memang pada saat itu masih berkaitan dengan hindu-budha.

Sektarian Islam

Perkembangan tauhid dari jaman dulu memang sangat amat banyak, mulai dari munculnya khawarij yang keluar dari barisan Sayidina Ali r.a. dan munculnya Syi'ah sebagai pembela beliau. Muncul juga mutazilah dan  murji'ah sebagai kaum stoa atau kaum sofis versi Islam yang menginginkan murnisasi kembali pada khitoh Al qur'an dan Hadist pasca meningggalnya Rasulullah saw. Belum lagi munculnya jabariyah sebagai bentuk segalanya pada  Allah baik takdir atau segala hal berkaitan dengan dirinya, juga ada qodariyah yang memberikan segala bentuk usaha atau apapun itu berdasarkan pada usahanya. Muncul juga ahlussunnah waljama'ah sebagai benang merah pada segala bentuk sektarian yang ada, dan memang kita runut sebagai bentuk aqidah maupun tauhid. Serta semakin marak munculnya sektarian yang ada dewasa ini seperti Ikhwanul Muslimin, Ahmadiyah dan sebagainya.

Namun, dengan semakin berkembang pesatnya sektarian ini malah makin menimbulkan banyak sekali polemik terutama pasca hadirnya reformasi seakan menjadi keran yang terbuka lebar dengan dibuka kebebasan membentuk NGO atau sebagai organisasi masyarakat Islam. Dengan hadirnya itu, semakin maraklah proses penghancuran keutuhan bangsa dan bernegara dengan munculnya ideologi berbasis teologi yang memang membawa visi misi kapitalis didalamnya sebagai proses politisasi  agama juga.

ARAMCO Sang Neo-Liberal

ARAMCO (Arab-American Corporation) yang dimana menjadikan proses arabisasi diberbagai negara mayoritas Islam sebagai proses penghancuran kultur di dalam sebuah negara yang memang seperti sudah ada perjanjian dibalik layar untuk menghegemoni sebuah negara dengan mayoritas minyak bumi didalamnya dengan membuat konflik internal berbasis agama juga yang menjadi sebuah tools bagi neo-liberal ini atau kita lebih familiar dengan kapitalis.

Hegemoni Arab-Amerika terjadi semacam perjanjian bilateral yang memang sudah ada dibalik layar tentang keamanan dan persenjataan yang ada di Arab dengan perputaran dolar sebagai alat tukar terhadap minyak dan gas terhadap banyak negara yang memang membelinya ke Arab dan harus dibeli menggunakan dolar untuk menjaga kestabilan saham dan juga stabilitas dolar terhadap mata uang lainnya.

Di Indonesia pun terjadi proses arabisasi yang sangat mengerikan dimana ada sebuah sekte yang main membid'ahkan, mengkafirkan, juga bahkan sampai lebih mengerikannya adanya terorisme yang menjadi alat untuk mengalihkan opini publik juga sebagai bentuk eksploitasi di negara tersebut untuk mengambil keuntungan yang ada.

Misalnya beberapa dekade lalu, kita dihebohkan dengan isu Muamar Khadafi di Libya yang dianggap berkhianat pada negerinya sendiri, sehingga di embargo oleh Amerika atas nama pemberantasan terorisme yang berujung eksploitasi minyak dan gas di Libya. Lalu ada Osama Bin Laden yang dijadikan alat oleh aramco sebagai terorisme untuk meneror berbagai negara atas jaringan yang dibuatnya, untuk merepresi suatu negeri demi mendapatkan keuntungan didalamnya, dan bahkan penempatan terorisme yang memang di framing untuk mengalihkan isu insidental yang ada pada teroris tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun