Mohon tunggu...
fikrijamil
fikrijamil Mohon Tunggu... Administrasi - Wong Dusun Tinggal di Kampung

Menulis Untuk Menjejak Hidup

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mungkinkah “Traditional Medicine Clinic” Lahir di Kota Prabumulih?

31 Oktober 2016   10:02 Diperbarui: 31 Oktober 2016   10:13 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Fikri Jamil Lubay

Geliat pembangunan Kota Prabumulih memasuki tahapan yang krusial nan penting. Kota yang barusan berulang tahun ke-15 tahun pada tanggal 17 Oktober 2016 yang lalu itu mulai mencengkeramkan kukunya tidak hanya lokalan di Sumatera Selatan tetapi juga di Tingkat Nasional.

Fokus pembangunan Kota Prabumulih yang menjadikan masyarakat kurang mampu sebagai target dan sasaran utama dengan kegiatan pokoknya adalah peningkatan ekonomi keluarga berbasis pemberdayaan masyarakat.

Kota Prabumulih telah menyabet juara hatinya PKK Tingkat Nasional pada tahun 2014 yang silam. Tentu saja sebagai Kota Hatinya PKK mengharuskan setiap rumah tangga di Prabumulih wajib punya greget ekonomi.

Tidak boleh ada halaman rumah yang menganggur, semua lahannya harus dimanfaatkan baik itu tanaman sayuran, bumbu dapur seperti lengkuas, jahe, kunyit serta tidak ketinggalan juga halaman-halaman rumah warga dipenuhi dengan kolam terpal untuk ternak ikan dan ternak unggas seperti ayam, bebek dan lain sebagainya.

Prinsipnya adalah  sebagian  atau semua kebutuhan rumah harus berasal dari halaman rumah dan tidak perlu lagi membeli dipasar. Para ibu menjadi pelopor utama dalam gerakan peningkatan ekonomi keluarga ini sepertinya terpatri begitu mendalam dan menginspirasi banyak pihak untuk membuat kelompok-kelompok agar bisa mandiri dan besar serta menjadi modal berharga dalam mengangkat dan menopang ekonomi keluarga.

Kegiatan hatinya PKK itu ternyata juga sangat berbanding lurus dengan konsep yang sudah ada sejak lama yaitu Tanaman Obat Keluarga alias TOGA. Toga sudah ada sejak 3 dekade yang lampau dan menjadi basis untuk menyehatkan keluarga dari pekarangan rumahnya.

Perkebunan TOGA milik warga di Jln. Nias Gunung Ibul Kota Prabumulih. foto DOKPRI
Perkebunan TOGA milik warga di Jln. Nias Gunung Ibul Kota Prabumulih. foto DOKPRI
TOGA yang baik dan benar tentu saja akan sangat bermanfaat dalam meningkatkan kualitas hidup keluarga. Pengobatan yang aman dan murah serta tidak membahayakan adalah simbolisasi dari implementasi hadirnya TOGA disebuah komunitas.

Pertanyaan lanjutannya adalah “Mungkinkah TOGA bisa menjadi basis dalam pengobatan tradisional di Prabumulih dan mungkinkah juga secara ekonomi TOGA bisa menghidupi sebuah keluarga..?

Penulis sudah melakukan Focus Group Discussion (FGD) dengan beberapa stakeholder dari beberapa pihak yang mewakili Akademisi, Masyarakat, Lembaga Pemerintah dan Lembaga Swasta (BUMN, BUMD, BUMS).

Salah satu TOGA Pendukung RKP TOGA Prabumulih. foto DOKPRI
Salah satu TOGA Pendukung RKP TOGA Prabumulih. foto DOKPRI
Beberapa temuan menarik adalah perwakilan masyarakat yang mewakili Kota Prabumulih dalam lomba TOGA Tingkat Nasional mengindikasikan bahwa mereka sangat berharap lomba TOGA ini tidak menjadi seremonial saja. Selesai lomba selesai juga perkebunan TOGA-nya. Mereka sangat ingin dan berharap keterlibatan yang lebih dari instrumen pemerintah dan swasta serta akademisi agar perkebunan TOGA mereka bisa berkesinambungan dan secara ekonomis bisa menghasilkan pendapatan yang bernilai tambah untuk membantu kehidupan ekonominya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun