Mohon tunggu...
Fikri Anarta
Fikri Anarta Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Memiliki nama lengkap Fikri Anarta, dan biasa dipanggil Fikri. Seorang mahasiswa Kesejahteraan Sosial angkatan 2020 di Universitas Padjadjaran

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Sejateranya Masyarakat Miskin Ketika Pandemi. Apakah Sebuah Utopis Belaka?

20 Desember 2020   17:36 Diperbarui: 22 Desember 2020   20:00 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Masalah kemiskinan ini hampir selalu ada di setiap negara  dan saat ini ditambah sedang terjadi pandemi Covid-19 juga menjadikan masalah ini menjadi semakin kompleks. Peran setiap orang tentu saja sangat dibutuhkan dalam menyikapi masalah ini. Apabila semua bekerja secara optimal, berubahnya status dari masyarakat miskin menjadi sejahtera bukan lagi menjadi suatu angan – angan belaka

Kemiskinan selalu saja menjadi permasalahan yang terjadi hampir di setiap negara.Kemiskinan seolah menjadi suatu hal yang lumrah serta menjadi elemen yang menghiasi kehidupan bermasyarakat suatu bernegara. Namun sebelum masuk lebih dalam untuk membahas tentang kemiskinan kita mesti tahu apa sih yang dimaksud kemiskinan itu? Kemiskinan menurut Ritonga (2003) adalah kondisi kehidupan yang serba kekurangan yang dialami seseorang atau rumah tangga sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan minimal atau yang layak bagi kehidupannya. Berdasarkan definisi tersebut kita bisa menyimpulkan bahwa orang yang miskin adalah mereka yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pokoknya sendiri ataupun dirasa bisa tetapi masih kekurangan. Selain itu masalah pengelompokan apakah orang tersebut dikategorikan sebagai orang miskin atau tidak adalah ditentukan juga berdasarkan garis kemiskinan yang ditetapkan oleh pemerintah.  Dilansir dari Badan Pusat Statistik (15/7/2020) garis kemiskinan pada bulan Maret 2020 adalah sebesar RP 454.652 per kapita per bulan.

Masalah kemiskinan ini jumlahnya hampir selalu bertambah tiap tahunnya. Dilansir dari Badan Pusat Statistik (15/7/2020) jumlah orang miskin pada bulan Maret 2020 adalah sebesar 26,42 juta orang, atau meningkat 1,63 juta orang dibandingkan ketika September 2019. Hal ini sebenarnya disebabkan oleh berbagai faktor, salah satu diantaranya adalah lapangan pekerjaan yang kurang memadai untuk menampung masyarakat sehingga pada akhirnya masyarakat tidak memiliki penghasilan yang mencukupi karena tidak memiliki pekerjaan. Selain itu pemerintah juga berperan penting dalam meningkatnya jumlah angka kemiskinan ini, karena pemerintah merupakan pembuat kebijakan yang pastinya akan sangat berdampak kepada semua masyarakat. Pemerintah jugalah yang mengatur masalah bantuan sosial yang akan diberikan untuk membantu masyarakat yang kurang mampu tersebut. Disamping itu faktor individu juga bisa menjadi penyebab hal tersebut bisa terjadi, misalnya tingkat pendidikan yang rendah dan skill atau kemampuan diri yang masih kurang dari apa yang dibutuhkan perusahaan. Selain faktor tadi tentu saja masih banyak lagi faktor-faktor lainnya yang menjadikan angka kemiskinan menjadi naik.

Sekarang apabila kita melihat kondisi saat ini Indonesia saat ini sedang mengalami pandemi virus Covid-19. Akan tetapi tidak hanya Indonesia saja yang mengalami pandemi ini, namun seluruh dunia. Oleh karena itu tentu saja pandemi virus Covid-19 pastinya sangat berdampak terhadap berbagai sektor seperti ekonomi, politik, sosial dan kesehatan. Masalah kemiskinan juga yang merupakan masalah dalam sektor sosial-ekonomi juga pastinya akan terus bermunculan seiring adanya pandemi ini. Pandemi ini menyebabkan orang orang masuk ke dalam masa sulit karena dengan ditetapkannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) memaksa banyak masyarakat mengalami penurunan pendapatan. Hal ini bisa terjadi dikarenakan kurangnya omset yang didapat oleh perusahan atau kantor tempat dia bekerja. Di tempat lain, bahkan ada yang sampai kehilangan mata pencaharian atau pekerjaannya. Kondisi seperti ini berpotensi besar menambah jumlah angka kemiskinan di Indonesia.

Masyarakat Indonesia pastinya tidak mudah hidup dalam keadaan pandemi seperti ini. Pandemi seperti ini berdampak terhadap semua orang, dan tidak hanya orang yang memang sudah dikategorikan tidak mampu saja. Orang-orang yang pada awalnya memang memiliki pendapatan yang cukup juga tentunya sangat terdampak oleh pandemi ini. Mereka mengalami penurunan pendapatan apabila dibandingkan ketika pandemi ini belum melanda Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik dalam publikasinya yang berjudul Analisis Hasil Survei Dampak Covid-19 Terhadap Pelaku Usaha yang dirilis pada Selasa (15/9/2020) menjelaskan bahwa sebanyak 82,85% pelaku usaha mengalami penurunan pendapatan sebagai akibat dari pandemi ini dimana tercatat hanya 14,6% yang masih stabil dan sisanya mengalami peningkatan pendapatan. Apabila hal tersebut dibiarkan tentu saja hal tersebut dapat meningkatkan potensi juga untuk bertambahnya jumlah orang yang miskin di Indonesia.

Masalah-masalah tersebut tentu saja tidak boleh dibiarkan secara berlarut-larut. Hal ini memerlukan upaya yang signifikan dan tepat sasaran agar kedepannya angka kemiskinan tidak bertambah lagi, bahkan seharusnya bisa sampai turun. Turun dalam hal ini maksudnya adalah bahwa orang orang miskin tersebut statusnya meningkat dan tidak dikategorikan sebagai kelompok orang miskin. Maka dari itu untuk mencapai kondisi tersebut peran setiap orang sangat diperlukan baik itu dari pemerintah  dan juga masyarakat umum. Pemerintah sebagai pembuat kebijakan tentunya memiliki peran yang sangat besar karena semua kebijakan yang dikeluarkannya akan berdampak kepada semua masyarakat secara keseluruhan. Pemerintah saat ini telah melakukan berbagai upaya dalam mengatasi kemiskinan ini meskipun belum optimal. Dilansir dari laman resmi Sekretariat Kabinet Republik Indonesia (26/9/2020) Presiden Joko Widodo mengatakan beberapa jenis bantuan sosial yang telah diberikan diantaranya adalah Program Keluarga Harapan (PKH), program Sembako, Program Sembako Jabodetabek, Program Bansos Tunai non-Jabodetabek, Kartu Prakerja, Program BLT Dana Desa, Banpres Produktif, Subsidi Gaji, dan terakhir yaitu Diskon Listrik. Untuk semua bantuan tersebut pemerintah menganggarkan dana sebesar 203,9 triliun. Program program tersebut diharapkan agar bisa membantu masyarakat yang membutuhkan dan memulihkan gairah perekonomian nasional .

Pemerintah  harus amanah dalam mengelola dan memberikan bantuan ini, karena ini adalah masalah kemanusiaan. Pemerintah jangan sampai justru memanfaatkan momen ini untuk memperkaya diri sendiri

Selain pemerintah, masyarakat umum juga memiliki peran juga untuk turut andil dalam upaya mengentaskan kemiskinan ini. Kita bisa membantu orang - orang miskin yang membutuhkan dengan cara memberikan bantuan, baik itu berupa uang tunai ataupun sembako sesuai kemampuan kita masing - masing. Masyarakat juga bisa turut membantu dengan cara membuka donasi agar orang lain bisa beramal, dan setelah terkumpul bisa disalurkan kepada orang – orang yang memang membutuhkan. Walaupun mungkin bantuan yang kita dilakukan terlihat kecil, akan tetapi sekecil apapun itu pastinya akan bisa membantu masyarakat yang tidak mampu ini agar bisa produktif kembali dan pada akhirnya bisa memulihkan perekonomiannya sendiri. Apabila semua hal tersebut dilakukan, kemungkinan angka kemiskinan turun akan semakin besar, karena makin banyak orang yang akan dapat mencukupi kehidupannya sendiri.

Pada akhirnya apabila setiap orang berperan sesuai fungsi dan kemampuannya masing masing, pihak pemerintah fokus dengan kebijakan dan pemberian bantuan sosialnya dan masyarakat ikut membantu satu sama lain yang membutuhkan, maka masalah kemiskinan ini tentu saja dapat teratasi. Apabila masalah kemiskinan ini dapat teratasi maka pada akhirnya masyarakat akan menjadi sejahtera. Selain itu juga masalah pandemi bukanlah menjadi halangan berarti untuk berbuat kebaikan dan juga membantu mengatasi masalah kemiskinan ini. Akan tetapi justru seharusnya pandemi ini menjadi momen yang pas untuk kita beramal dan berbuat baik. Lalu pada akhirnya, harapannya adalah pandemi cepat berakhir dan rakyat Indonesia juga bisa hidup sejahtera.

Pandemi bukan halangan untuk berbuat kebaikan, seharusnya momen sekarang ini justru menjadi penyemangat orang untuk berbuat kebaikan,  karena saat pandemi ini kita semakin diperlihatkan bahwa  memang banyak sekali orang - orang yang memang kesulitan hanya untuk mendapatkan sesuap nasi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun