Mohon tunggu...
Fikri Raihan
Fikri Raihan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Indonesia Darurat Learning Loss

31 Juli 2021   13:02 Diperbarui: 31 Juli 2021   13:35 1425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Indonesia hari ini sedang mengalami pandemi Covid-19 yang telah melanda selama lebih dari satu tahun. Hal ini menyebabkan pemerintah memberlakukan banyak kebijakan yang di antaranya adalah kebijakan lockdown dan seluruh kebijakan yang mengikutinya seperti work from home dan learn from home. Tentu saja kebijakan-kebijakan tersebut berpotensi memberikan dampak negatif, mulai dari aspek ekonomi, hingga ke aspek pendidikan. Pada artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut tentang salah satu dampak negatif pada aspek pendidikan yang dikenal dengan istilah learning loss.

Apa itu learning loss? The Education and Development Forum (2020) mengartikan bahwa learning loss adalah situasi di mana siswa kehiangan keterampilan baik umum atau khusus atau kemunduran secara akademis yang terjadi karena ketidakberlangsungannya proses pendidikan. Dari penjelasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa situasi learning loss sangat berbahaya bagi bangsa Indonesia terutama dalam jangka panjang. Karena learning loss umumnya terjadi pada generasi muda yang merupakan masa depan bagi bangsa dan negara, bahkan para ahli berpendapat bahwa dampak dari situasi learning loss ini akan terasa setidaknya hingga sepuluh tahun ke depan.

Mengetahui hal tersebut, apa saja yang menjadi masalah dari learning loss? Setidaknya ada dua masalah yang paling menonjol dari situasi learning loss. Pertama, siswa mengalami kehilangan semangat belajar. Para siswa dapat kehilangan semangat belajar mereka karena sudah terlalu lama melaksanakan pembelajaran secara daring. Hal ini membuat mereka kehilangan suasana kelas yang ceria yang memiliki pengaruh besar dalam pembelajaran. Kedua, ketidakmerataan edukasi di antara para siswa. Dengan tiadanya sosok guru di saat pembelajaran melalui sistem daring, para siswa juga kehilangan sosok pengawas yang berperan besar dalam menjaga kesamarataan pendidikan di antara mereka. Artinya, guru harus menjaga para siswa agar tidak terjadi situasi di mana ada siswa yang telah memahami suatu pelajaran sementara ada beberapa siswa yang lainnya yang tidak memahami materi tersebut sehingga mereka tertinggal pelajaran. Ada beberapa siswa yang cukup beruntung karena mampu dan mau untuk menyewa jasa bimbingan belajar demi mengejar ketertinggalan mereka dalam pelajaran. Namun, ada beberapa siswa, yang meski mereka mau, mereka tetap tidak mampu untuk melakukannya karena terhalang oleh keadaan ekonomi. Pada akhirnya, seluruh hal di atas dapat mengakibatkan putus sekolah yang dapat menghancurkan suatu generasi karena ketiadaan pendidikan di antara mereka. Buktinya, menurut statistik pendidikan Kemdikbud pada tahun ajaran 2019/2020 terdapat 157,166 siswa putus sekolah di Indonesia yang terdiri dari 59,443 siswa SD, 38,464 siswa SMP, 26,864 siswa SMA, dan 32,395 siswa SMK. Ditambah, survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebut dari hasil survei pada 11-18 Desember 2020 lalu, ada 78% siswa menginginkan pembelajaran tatap muka. Survei tersebut dilakukan pada 62.448 responden siswa yang berada di 34 provinsi.

Jadi, apa solusi yang tepat untuk permasalahan ini? Seorang pengamat pendidikan, Indra Charismiadji, menyampaikan bahwa solusi terbaiknya adalah mengubah learning loss menjadi learning gain. Dalam sesi wawancara yang dilakukan oleh Kompas TV pada tanggal 14 Juli 2021, Indra menyampaikan bahwa cara mengajar siswa di masa sebelum pandemi tentu berbeda dengan mengajar siswa di masa setelah pandemi, di mana seluruh dunia sedang berada dalam arus digitalisasi dan seluruh orang terpaksa mengikuti arus tersebut agar mereka tidak tertinggal. Namun, kenyataan yang kita dapati hari ini di lapangan justru berbeda. Banyak tenaga pengajar yang masih menggunakan cara belajar konservatif di masa pembelajaran modern. Jika kita analogikan, maka kondisi hari ini sama saja seperti menempatkan rice cooker di atas kompor, tentu saja hal itu tidaklah benar. Juga, kita harus sadar bahwa mengubah cara belajar tentu jauh lebih mudah daripada mengubah keadaan pandemi dari seluruh dunia.

Pada akhirnya, solusi terbaik mengharuskan seluruh pihak yang terlibat, baik pengajar maupun pelajar, untuk ikut bergerak dan berkomitmen dalam mengubah cara belajar agar menjadi lebih efektif demi mencapai learning gain. Para guru harus harus mengubah cara mengajar mereka menyesuaikan dengan keadaan yang ada. Para siswa juga harus membangkitkan kembali semangat belajar mereka. Dengan begitu, niscaya kondisi learning gain dapat tercapai dengan sempurna.

REFRENSI

Le Thu Huong dan Teerada Na Jatturas, THE COVID-19 INDUCED LEARNING LOSS -- WHAT IS IT AND HOW IT CAN BE MITIGATED?, 2020, https://www.ukfiet.org/2020/the-covid-19-induced-learning-loss-what-is-it-and-how-it-can-be-mitigated/, diakses pada tanggal 26 Juli 2021

Euis Lesmini Djuanda, 'LEARNING LOSS' DAMPAK PANDEMI COVID-19, 2021, https://disdikkbb.org/news/learning-loss-dampak-pandemi-covid-19/, diakses pada tanggal 26 Juli 2021

Yohanes Enggar Harususilo, Siapkan Sekolah Tatap Muka, Disdik DKI Luncurkan Gerakan Guru Cerdas, 2021, https://edukasi.kompas.com/read/2021/04/14/200444371/siapkan-sekolah-tatap-muka-disdik-dki-luncurkan-gerakan-guru-cerdas, diakses pada tanggal 26 Juli 2021

Ratih Waseso, Survei KPAI: 78% Siswa menginginkan pembelajaran tatap muka, 2021, https://nasional.kontan.co.id/news/survei-kpai-78-siswa-menginginkan-pembelajaran-tatap-muka, diakses pada tanggal 26 Juli 2021

KOMPASTV, Mengenal 'Learning Loss', Ancaman yang Mengintai Anak Indonesia Saat Pandemi, 2021, https://www.youtube.com/watch?v=db-Hne6UH9A&ab_channel=KOMPASTV, diakses pada tanggal 26 Juli 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun