Orang miskin Indonesia itu justru yang menjadi korban. Kalau ada orang miskin yang terinfeksi corona, sudah pasti sebab tertular dari orang kaya.  Lha kok katamu yang miskin  suruh menjaga yang kaya agar tidak menularkan penyakitnya?
Piye to, Ri?
Trus, ketika klarifikasi, dirimu mengatakan, "Tetapi persepsinya di balik. Dikira saya menyudutkan yang miskin. Padahal saya ingin mempermalukan yang kaya gitu lho. Misalnya di rumah punya asisten rumah tangga, ART itu tiap hari mondar-mandir dari rumahnya ke rumah majikan, dia naik angkot kan resikonya tinggi toh untuk tertular. Kalau dia nanti sakit terus di rumah majikan sakit semua kan jadi repot."
Ingin mempermalukan yang kaya? Oalah Ri ... Ri ...
Sudahlah Pak Yuri. Tidak perlu dirimu membuat klarifikasi. Sebab penjelasanmu tidak nyambung dengan kalimat yang sudah terlanjur didengar masyarakat.
Juga tidak perlu minta maaf. Cukup akui saja bahwa ada kata-kata yang salah. Sebagai pengingat agar tidak terulang. Jangan pernah sebut-sebut lagi soal miskin-kaya, saat negeri kita dilanda bencana.
Ingat Pak Ri. Jika salah berkata, dirimu akan dicaci maki di media. Tentu dirimu akan punya beban mental, sebab di-bully du media sosial.
Ok, Pak Ri. Selamat bertugas. Selamat berjuang. Kami tahu, bencana virus corona ini banyak menyita waktu dan tenaga. Juga biaya. Semoga dirimu sehat selalu. Â Daya tahan tubuhmu harus kuat. Jangan sampai gara-gara kena bully imunitas tubuhmu melemah, seperti Rupiah yang kian merana sebab terserang corona.
Sekali lagi, ingat, Pak Ri.  Jangan sekali-kali benturkan penyakit dengan status sosial  masyarakat  Virus corona bisa menyerang siapa saja. Termasuk dirimu, yang tergolong orang kaya sebab dibayar negara untuk menangani corona.
Salam dari saya, warga miskin yang tertuduh -- yang  sempat 'terluka' di tengah bencana oleh kata-kata jubir corona.Â
Cuk!