Mohon tunggu...
Pianologi
Pianologi Mohon Tunggu... Pengacara - Suka numerology

__ sedang menunaikan ibadah mengetik kata.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menolak Karangan Bunga dari Menteri

8 Agustus 2012   10:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:05 732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah definisi "populer"? Menurut Rizal Mallarangeng populer adalah keadaan yang terjadi pada Bakrie Award akibat penolakan dari para calon penerima beberapa tahun terakhir. Adalah sastrawan Seno Gumira Ajidarma yang menambah daftar tokoh yang menolak penghargaan tahunan dari Grup Bakrie tersebut setelah Franz Magnis Suseno, Daoed Joesoef, Sitor Situmorang, dan Goenawan Mohamad.

Menurut KBBI, "populer" memiliki 3 arti (1) dikenal dan disukai orang banyak (umum); (2) sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada umumnya; mudah dipahami orang banyak; (3) disukai dan dikagumi orang banyak. Nah, entah arti mana yang dimaksud si Direktur Eksekutif Freedom Institute tentang makin populer-nya Bakrie Award setelah penolakan Seno ini.

Seno bukan tak ingin lebih populer dengan menerima Bakrie Award ini. Tetapi beliau beralasan, "...penghargaan tersebut sebaiknya diberikan kepada orang lain yang dianggap layak, karena saya tidak dapat menerimanya." Atau Bakrie Award memang 'sengaja' mencalonkan Seno karena satrawan pembangkang ini bakal menolak dan efeknya Bakrie Award makin populer? Entah. Yang lebih menarik bagiku alasan Seno "...dianggap layak" yang menimbulkan polemik "kelayakan", setidaknya polemik di pikiranku.

Menurut KBBI, kata "layak" memiliki 2 arti, (1) wajar; pantas; patut; (2) mulia; terhormat. Nah, barangkali Seno menganggap dirinya sedniri tidak layak menerima Bakrie Award ini. Atau barangkali Seno menganggap bahwa penolakan ini - dan juga yang pernah dilakukan oleh tokoh-tokoh lain sebelumnya - adalah sesuatu yang wajar, pantas, patut ditujukan kepada Grup Bakrie. Mereka yang menolak (juga yang menerima) adalah tokoh-tokoh yang layak, dalam pengertian mulia, terhormat.

Demikianlah Seno, yang barangkali seperti tokoh Siti dalam Cerpen "Karangan Bunga Dari Menteri" merasa mual sampai mau muntah dan tak sanggup menerima "karangan bunga" dari Freedom Institute dan Grup Bakrie. Soal esensi penolakan Seno, barangkali di masa depan baru terungkap. Alasan tokoh-tokoh lain sudah jelas, apalagi kalau bukan soal Lapindo yang belum diberi penghargaan yang layak oleh Bakrie.

***


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun