Mohon tunggu...
Fidelis Harefa
Fidelis Harefa Mohon Tunggu... Pengacara - Info Singkat

Berasal dari Pulau Nias, tepatnya di Nias Utara. Saat ini berdomisili di Kalimantan Tengah, Kota Palangka Raya. Co-Founder/Managing Partner Law Firm Kairos

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

"Hacker Sejati" Beda dengan "Cracker"

21 Februari 2015   04:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:47 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_352122" align="aligncenter" width="567" caption="Gambar dari www.indonesiancyberarmy.com"][/caption]

Beberapa waktu lalu, saya menayangkan tulisan tentang keamanan facebook dan keamanan email. Dalam dua artikel tersebut, saya menyebutkan istilah "hacker" yang kita kenal sangat meresahkan. Agar ada informasi berimbang tentang hacker, dan tidak melulu dipandang sebagai penjahat, pada tulisan ini saya berbagi informasi tentang hacker sejati atau lebih dikenal dengan hacker white hat.

Menurut Revelation Loa-Ash, dalam bukunya The Ultimate Beginner's Guide to Hacking and Phreacking, hacking merupakan suatu seni dalam menembus sistem komputer untuk mengetahui seperti apa sistem tersebut bekerja. Hacking adalah ilegal karena masuk dan membaca data seseorang dengan tanpa izin dan sembunyi-sembunyi. Walaupun ilegal, para hacker tidak seluruhnya jahat, hacker yang baik motifnya hanya mencari tantangan dan kesenangan saja, membuktikan dirinya mampu menembus sistem atau tidak.

Telah terbukti, dengan kehadiran para hacker, dunia internet dan peranti lunak Unix dapat secanggih sekarang. Para hacker juga punya jasa dalam meluncurkan Usenet dan membuat World Wide Web (www) bekerja dengan baik. Tutorial penggunaan peranti lunak terbuka (open source software) lebih banyak kita dapatkan berkat jasa para hacker. Juga, para hacker banyak membantu untuk mengetes kelemahan-kelemahan sistem komputer bahkan mereka telah banyak membantu agar infrastruktur jaringan komputer tetap berjalan dengan baik.

Empat Pola Perilaku Hacker

Para pakar IT dan praktisi IT wajib tahu soal ini. Juga para polisi yang mempunyai keahlian khusus untuk menangani kasus cybercrime wajib tahu soal ini. Hacker bukanlah musuh. Mereka harus bisa dijadikan partner dalam menumpas kejahatan siber. Dari beberapa buku yang saya baca, paling tidak ada empat pola perilaku hacker yang harus dipahami:


  1. Pemuja kesenangan; para hacker merasa senang kalau berhasil membobol suatu situs web atau jaringan komputer yang diamankan secara canggih. Biasanya, setelah mereka bobol, mereka akan kembalikan seperti semula. Kebutuhan mereka hanya sebatas ingin tahu saja, kemudian mereka akan membuat tulisan-tulisan bermanfaat tentang sistem tersebut.
  2. Manusia-manusia Kreatif; hacker menuntut kreativitas tinggi. Umumnya sumber daya mereka terbatas. Namun karena mereka dihadapkan dengan tantangan-tantangan yang sukar, akhirnya mereka dituntut untuk lebih kreatif.
  3. Ulet dan bukan pembosan; seorang hacker sering disebut "manusia kalong" dalam bahasa sederhana, bahkan melebihi kebiasaan kalong. Mereka bisa duduk 48 jam di depan komputer hanya untuk memecahkan masalah-masalah password atau mengamati lalu-lintas data. Mereka tidak pernah bosan sampai tuntas masalah tersebut terpecahkan.
  4. Menginginkan kebebasan absolut; hacker adalah tipe manusia yang apabila dilarang justru malah mereka lakukan, bila disuruh malah diam. Birokrasi dan otoritas dari pemerintah yang selalu membuat sensor dan banyak merahasiakan sesuatu, sangat mereka benci.


Inilah empat pola perilaku hacker pada umumnya. Berbicara soal strata sosial, mereka tidak mengidolakan jabatan, kekuasaan atau menjadi pemimpin. Tempat terhormat bagi mereka adalah bila mereka menjadi tempat bertanya, dan mereka bisa berbagi dengan orang lain. Karena pola perilaku inilah, banyak hacker yang menjadi rekan polisi dalam menanggulangi kejahatan siber. Mereka akhirnya mampu menciptakan peranti keamanan untuk mencegah para perusak.

Siapa Hacker Yang Banyak Kita Kenal di Indonesia?

Di sinilah kita banyak terjebak. Loa-Ash telah mengatakan bahwa tidak semua hacker itu jahat. Namun, ada juga yang jahat. Kelompok yang jahat ini kemudian dikenal dengan istilah cracker. Cara kerja cracker sama dengan hacker. Perbedaannya adalah motivasi para cracker adalah untuk mencuri, merusak dan kemudian tidak bertanggungjawab. Umumnya, cracker tidak sehebat hacker. Cracker hanya menguasai bidang-bidang tertentu. Bila motivasi untuk mencuri, yah, dia fokus untuk mempelajari itu saja.

Berdasarkan penelitian kejahatan siber di Indonesia, para cracker inilah yang lebih banyak berkeliaran dari pada hacker white hat tadi. Cracker banyak melakukan phising, mencuri akun facebook dan email orang lain, membobol situs-situs transaksi online dengan tujuan memanfaatkannya untuk mendapatkan keuntungan. Namun, karena begitu sulitnya kita membedakan dua tipe ini, akhirnya kita menyebut semua mereka itu sebagai hacker. Ini tidak tepat. Maka, sangat perlu kita ketahui bahwa setelah memasuki era informasi yang serba canggih ini, kita harus banyak tahu tentang pola perilaku para penggunanya.

Selain cracker, ada satu lagi kelompok yang juga termasuk jahat yakni phreaker. Phreaker bekerja dengan cara dan motivasi yang sama dengan cracker. Hanya saja, mereka menggunakan jaringan telepon dengan tujuan agar mereka bebas dari biaya saat menggunakan jaringan telepon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun