Mohon tunggu...
Fatiyyah Hamasah
Fatiyyah Hamasah Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Psikologi UI yang jatuh cinta pada aksara

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Energi Baik dalam Memandang Kegetiran Hidup

11 Agustus 2018   18:51 Diperbarui: 11 Agustus 2018   18:54 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : unsplash.com

Siapa yang tidak pernah merasakan secangkir kopi pahit milik kehidupan? Paling tidak, setiap orang pernah meminumnya dalam beberapa teguk getir dengan atau tanpa tambahan gula. 

Permasalahannya adalah tidak semua orang tahu bagaimana berdamai dengan rasa pahit. Mungkin kita akan menjumpai cangkir yang sama, kadar yang serupa, dan pahit yang sama -- sama menusuk. Namun, setiap peminumnya pasti memiliki respon yang berbeda. Ada beberapa yang berusaha menikmatinya tanpa perlu mencaci -- maki isi kopi pahit tersebut, ada juga yang bereaksi berlebihan setiap meminum satu teguk rasa getir tersebut.

Kita hidup dimana segala rasa pada satu individu dapat divisualisasikan kepada banyak orang melalui sepotret foto dan bait -- bait kata manis. Dengan keuntungan itu pula, berbagi ilmu pengetahuan, ideologi, dan inspirasi lainnya menjadi lebih mudah dan praktis. 

Bila hari ini seseorang membagikan pikirannya kepada publik lewat sorotan atau kirimannya di sosial media, jangan kaget bila esok hari semua remaja jadi terpengaruh karnanya. Bukankah bila demikian dinamis arusnya, seharusnya bumi kita menjadi planet paling bahagia karena energi yang disebarkannya? Sayangnya, tidak semua energi yang disebarkan kepada dunia adalah energi baik.

Bagaimana jika seseorang yang meminum secangkir kopi pahit dan memandang bahwa kopinyalah yang paling pahit membagikan pikirannya melalui daring? Bagaimana kira -- kira respon yang peminum kopi lainnya berikan? 

Tentunya, semuanya akan protes bahwa sebenarnya, bukan hanya dia yang merasakan secangkir kopi pahit! Tapi, apakah berhenti di situ saja? Energi buruk yang dibagikan lewat mengeluhkan kopi miliknya tentu akan membekas di benak masing -- masing pembacanya, sadar ataupun tidak. 

Hingga ketidaksadaran itu (jika tidak dikelola dengan baik) akan menuntun peminum kopi lain ikut mengeluhkan bahwa kopinya adalah kopi yang paling pahit. Dahsyat, bukan, bagaimana peran daring saat ini berpengaruh pada pikiran orang lain?

 Sementara, ada sebagian peminum kopi pahit lainnya yang mencoba menghirup aroma kopinya demi mencari cara berdamai dengan kegetiran rasa dan mendapati bahwa ternyata aroma kopi pahitnya begitu menenangkan.

Lantas, mereka pun meraih ponselnya untuk berbagi energi baik kepada dunia tentang aroma kopi yang kerap kali dibenci itu. Sedikit atau banyak, orang lain mulai menyadari bahwa mereka mengabaikan sisi baik dari kopi yang mereka benci. 

Ternyata, kopi yang menurut mereka sangat pahit itu juga memiliki aroma yang begitu menyenangkan! Maka, esok hari, bisa jadi orang yang dulu begitu membenci kopi pahit miliknya mulai mensyukuri setiap aroma menenangkan dari kopinya. Lihatlah, betapa menyebarkan energi baik mampu memperbaiki kondisi kita!

Jika saat ini, kita sedang duduk di sebuah kedai kopi dan dihidangkan secangkir kopi pahit yang paling kita benci, maka, mulailah dengan menghirup aromanya! Sesungguhnya, kegetiran kopi itu hanya dirasakan oleh lidah kita, namun, tidak untuk hidung kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun