Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Pengalaman dalam Menghadapi Perceraian

13 Mei 2023   08:12 Diperbarui: 13 Mei 2023   21:43 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menarik, ketika Admin Kompasiana mengangkat isu penyikapan pasca perceraian sebagai salah satu topik pilihannya.

Isu ini  mungkin lebih valid jika dikisahkan kembali oleh orang yang pernah berada dalam situasi "perceraian" tersebut.

Orang yang tak pernah berada dalam situasi tersebut, bakal enak saja fafifu wasweswos berbicara dengan rujukan teori-teori ideal ala konsultan perkawinan atau para konseler psikologi.

Harus begini, harus begitu, padahal ketika kita berada di situasi perceraian, kondisinya akan sangat berbeda, tak ada yang ideal dalam sebuah perceraian, kalau ideal ya enggak akan pernah terjadi perceraian.

Saya pernah berada di situasi tersebut, pertama yang saya rasakan setelah kata "Perceraian" disepakati untuk dilakukan adalah Kebas atau hampa, tak sedih, tak gembira entah apa yang saya rasakan, tak jelas lah.

Baru beberapa hari kemudian, saya bisa berpikir agak rasional 

"oke fokus pada anak saja, toh bagaimana pun pernikahan ini sudah tak bisa diselamatkan"

Meskipun bukan berarti dengan fokus terhadap anak, saya akan berusaha berebut hak asuh anak. Saya tahu, secara hukum hak asuh anak balita, besar kemungkinan akan jatuh ke pihak ibunya, sepanjang ia mau mengasuhnya.

Oleh sebab itu, saya tak mempermasalahkan hak asuh anak, kami berdua bersepakat, anak tinggal sama ibunya, tapi sebagai bapak, saya bisa mengunjungi atau mengajak anak itu bermain kapanpun saya mau dan bisa.

Dari situ situasinya, membaik perceraian berlangsung cukup rapi tanpa saling menjelekan satu sama lain, kami bersepakat untuk itu, yang jelas kita sudah tidak lagi cocok itu saja.

Harus diingat sebagian besar perceraian itu bisa terjadi karena kesalahan kedua belah pihak. Jadi tak perlu juga saling menjelekan satu sama lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun