Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Game Theory dalam Konsep Childfree

12 Februari 2023   13:48 Diperbarui: 12 Februari 2023   13:54 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Isu childfree atau keputusan untuk tidak memiliki anak dalam sebuah pernikahan, belakangan ramai diperbincangan di dunia maya.

Seorang influencer bernama Gitasav meyakini, tanpa anak ia menjadi awet muda. Pernyataan yang kemudian memantik riuhnya perdebatan terkait childfree.

Keputusan memiliki atau tidak memiliki anak adalah pilihan rasional masing-masing individu. Tak ada satu pihak pun yang bisa memaksakannya.

Dalam membuat keputusan tersebut, karena rasional, berarti sudah berdasarkan kajian sederhana dari masing-masing individu yang cocok untuk mereka.

Alasan rasional untuk tak memiliki anak rata-rata ujungnya bermotif ekonomi. Kita secara rasional bisa memahami memiliki anak artinya akan melahirkan komplikasi tersendiri bagi kehidupan seseorang.

Apalagi di era saat ini yang penuh ketidakpastian, memiliki anak berarti menambah jumlah mulut yang harus diberi makan dan harus meluangkan waktu lebih banyak untuk mengkawatirkan mereka .

Waktu menjadi komoditas yang mewah, bagi generasi saat ini dengan tekanan pekerjaan yang cukup berat.

Apabila situasi ini dikaitkan dengan hukum sebab akibat yang disebut "game theory," yang berarti keputusan individu atau individual decission yang rasional, bisa menghasilkan keputusan kolektif yang cenderung irasional.

Maka childfree sebagai sebuah keputusan individu yang rasional, bisa menghasilkan situasi irasional yang akan dirasakan secara kolektif, yakni populatian collapse.

Population collapse atau penurunan secara drastis populasi manusia dianggap situasi irasional karena akan berdampak buruk bagi kehidupan manusia dalam banyak aspek, terutama aspek pol sosial dan ekonomi.

Dan dampak buruk itu diyakini akan dirasakan secara kolektif oleh seluruh umat manusia yang melata di planet biru ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun