Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Hype SBN Ritel, Benarkah Picu Crowding Out Effect di Perbankan Nasional?

9 Februari 2023   13:47 Diperbarui: 9 Februari 2023   16:12 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semakin banyaknya Pemerintah merilis Surat Berharga Negara (SBN) Ritel yang disambut dengan derasnya antusiasme masyarakat berinvestasi di instrumen keuangan tersebut, memunculkan suara kekhawatiran dari beberapa pihak 

Konon katanya situasi ini dapat menimbulkan crowding out effect di perbankan nasional.

Mengutip Investopedia, crowding out effect adalah istilah dalam teori ekonomi makro yang menerangkan ketika kebijakan fiskal dari Pemerintah menyebabkan naiknya suku bunga dan berkurangnya investasi swasta.

Ketika belanja tinggi, sementara pendapatan lebih rendah, maka terjadilah defisit. Untuk menutup defisit tersebut Pemerintah akan mengeluarkan salah satu kebijakan fiskal yang salah satunua dimanifestasikan dalam bentuk penerbitan SBN untuk menutup defisit antara pendapatan negara dan kebutuhan belanjanya.

Apabila kemudian penerbitan SBN oleh pemerintah dilakukan terlalu agresif dengan imbal hasil yang ditawarkan terlalu tinggi, akibatnya dana masyarakat atau investor akan tersedot ke SBN, yang meinggalkan kesulitan bagi pasar uang  swasta dan industri perbankan.

Secara teoritis, dengan asumsi supply uang tetap, kondisi tersebut dapat menyebabkan suku bunga perbankan naik yang akan menghambat investasi swasta di sektor riil.

Logika sederhananya begini, ketika pemerintah menerbitkan SBN dengan imbal hasil jauh lebih tinggi dari deposito sementara tingkat keamanannya satu level dengan deposito, merem saja masyarakat pasti akan memilih SBN.

Jika kemudian minat menyimpan uangnya di bank menipis, otomatis bank akan kekurangan dana pihak ketiga untuk disalurkan sebagai pinjaman ke sektor usaha. 

Sehingga untuk menarik minat masyarakat agar kembali menyimpan uangnya di bank, mereka akan menaikan suku bunga simpanannya, dan tentu saja hal tersebut akan meningkatkan cost of fund yang nantinya akan dibebankan pada masyarakat berupa kenaikan bunga pinjaman.

Ketika kredit yang disalurkan berbunga tinggi, hampir dapat dipastikan penyaluran kreditnya bakal berkurang, maka dengan demikian sektor usaha pertumbuhannya akan melambat yang pada gilirannya akan berdampak pada daya beli masyarakat.

Inilah dampak negatif yang dikhawatirkan, ketika sebagian besar dana masyarakat tersedot ke SBN dan perbankan kalah saing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun