Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perjalanan Industri Pornografi Global Hingga Saat ini Berpendapatan Rp.1.550 Triliun

23 Januari 2023   15:37 Diperbarui: 6 Agustus 2023   09:35 2369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pornografi sebagai sebuah istilah, secara etimologis berakar dari bahasa Yunani yang memiliki arti "menulis" dan "pelacur"

Melansir BBC.Com, cikal bakal pornografi ini sebenarnya adalah seni. Sejak awal keberadaan seni, seks dan segala hal yang berhubungan dengannya seperti alat kelamin pria dan wanita selalu menjadi subjeknya.

Hal tersebut terlihat dari temuan para ahli arkeologi yang mendapati gambar-gambar pantat, payudara, vagina, atau pun penis yang dililukis oleh para pelukis pra sejarah di gua-gua.

Ukiran di atas batu bergambar dua orang yang tengah berhubugan seks pertama kali ditemukan 11.000 tahun lalu di Judea, salah satu wilayah di kawasan Yerusalem.

Selain itu, gambar-gambar "tak senonoh" yang dilukis dengan berbagai medium ditemukan merata hampir di seluruh bagian dunia.

Di Mesopotimia pada sekitar tahun 2000 sebelum masehi gambar serupa ditemukan, dengan medium plakat yang terbuat dari terakota.

Pada era memasuki tahun masehi, di Peru, suku Moche menggambar pasangan yang tengah berhubungan seks di atas keramik.

Begitu pula di India, dengan medium kertas pada masa yang sama mulai diperkenalkan Kama Sutra yang dianggap sebagai buku petunjuk  dalam bersenggama, meskipun sebenarnya Kama Sutra merupakan bagian dari rangkaian Kama Shastra yang penuh dengan ajaran filosofi kehidupan.

Seiring perkembangan teknologi, terutama yang berkaitan dengan dunia fotografi, pertumbuhan dunia pornografi berderap maju lebih cepat.

Meskipun tak serta merta ikut terdorong oleh perkembangan industri film yang mulai menggeliat di awal abad 20.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun