Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Piala Dunia 2022 dan Kiprah Indonesia di Piala AFF 2022 dalam Balutan Soft Power

22 Desember 2022   06:53 Diperbarui: 22 Desember 2022   07:32 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih segar dalam ingatan kita ketika tragedi Kanjuruhan Malang yang menewaskan 135 orang suporter Aremania terjadi beberapa bulan lalu, dalam hitungan jam kabar buruk yang mencoreng nama persepakbolaan Indonesia tersebut sudah menjadi konsumsi masyarakat global.

Globalisasi dan digitalisasi membuat dunia seolah tak berbatas lagi, tak terlihat adanya perbedaan jarak, zona waktu, bahasa, dan segala perbedaan yang disebabkan oleh adanya dua atau lebih negara yang berbeda.

Situasi dan kondisi tersebut membuat diplomasi antar negara menjadi salah satu poin yang krusial. Satu negara dengan negara lainnya, saling memengaruhi, kemampuan sebuah negara memberi pengaruh terhadap negara lain biasanya berkaitan dengan konsep "power."

Mengutip Miriam Webster Dictionary, power secara etimologis diambil dari bahasa Inggris abad pertengahan dan Anglo Perancis, poer, pouer yang bermakna to be able atau menjadi bisa/mampu.

Secara terminologis, menurut Hans Joachim Morgenthau salah satu pandit politik internasional Abad-20 asal Jerman dalam bukunya, "Politics Among The Nations," Power adalah kemampuan manusia untuk mengontrol dan memengaruhi pikiran dan tindakan manusia lain.

Dalam hubungan internasional, secara konvesional kemampuan ini biasanya diidentikan dengan hard power, yang berhubungan dengan militer, persenjataan, dan kekuatan ekonomi.

Hard power merupakan bentuk langsung dari pendayagunaan kekuatan, baik dengan pola pendekatan memaksa atau coercive maupun membayar atau reward.

Pada prinsipnya hard power memiliki karakter yang transaksional dan perpaduan antara kemampuan Organisatoris (manajemen dan informasi) serta Machiavelis, kemampuan untuk mengancam dan membangun koalisi kemenangan.

Namun belakangan cara konvensional ini, mulai menemukan pesaing beratnya yang ternyata lebih efektif yakni soft power. Menurut Joseph Samuel Nye Jr,mantan Asisten Menteri Pertahanan Amerika Serikat soft power adalah "the ability to get what you want through attractions rather then through coercion or payment"

Pendekatan soft power lebih berkarakter inspirasional, sehingga pihak lain dapat melakukan hal yang kita inginkan  tanpa kita meminta atau memaksa untuk melakukannya.

Di sinilah nilai-nilai, kebijakan,budaya termasuk seni, fesyen serta olahraga berperan. Makanya tak heran apabila Piala Dunia 2022 Qatar yang baru saja usai dengan melahirkan juara dunia Argentina disebut sebagai pertempuran untuk memperebutkan soft power.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun