Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Konservatisme Agama dan Politik Identitas yang Membelah Indonesia

5 Januari 2022   08:15 Diperbarui: 5 Januari 2022   19:15 1993
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cape rasanya menyaksikan kegaduhan demi kegaduhan di media sosial yang sebagian besar berkutat pada urusan agama atau paling tidak ada kaitannya dengan agama.

Konservatisme agama yang ditunggangi kepentingan politik melalui praktik politik identitas menjadi pangkal masalah dari semua kegaduhan ini.

Menurut Cendikiawan Muslim dan Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Profesor Azyumardy Azra dalam sebuah tulisannya berjudul "Konservatisme Agama di Indonesia: Fenomena Religio-Sosial, Kultural, dan Politik".

Konservatisme agama adalah pemahaman dan praktik agama konservatif yang berpegang dengan sangat ketat pada kitab suci atau pada ajaran ortodoksi dan tradisi awal agama tersebut yang dianggap paling benar.

Biasanya konservatisme agama menolak pemahaman penafsiran, pembaruan pemikiran, dan praktik agama berdasarkan perkembangan modern tertentu.

Salah satu contoh dari konservatisme agama yang menolak modernitas pemikiran dalam kehidupan sehari-hari adalah menolak vaksinasi dan imunisasi bagi anak, menolak penggunaan alat kontrasepsi, atau memisahkan pria dan wanita dalam acara resepsi.

Mereka yang mempraktikannya, berpandangan hanya dengan praktik konservatisme agama-lah mereka bisa menjaga keimanannya dari arus perubahan sosial budaya, ekonomi dan politik yang dampaknya bagi kehidupan sangat luas.

Selain itu, mereka pun sangat yakin dengan beragama secara konservatif mereka dapat menemukan makna beragama sejati.

Kebangkitan konservatisme agama di berbagai negara di dunia termasuk Indonesia banyak terkait dengan kesulitan ekonomi dan krisis politik.

Dalam menghadapinya, politisi sayap kanan dan masyarakat pendukungnya yang secara natural memang sudah memiliki pemikiran konservatif, menempuh jalan konservativisme agama untuk menghadapi kesulitan-kesulitan tersebut.

Fenomena ini dalam sudut yang lebih ekstrem sering memunculkan "fundamentalisme agama" yang dalam perkembangannya digunakan untuk mewujudkan agenda religio politik tertentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun