Polarisasi memang tak ada matinya di negera +62 ini, apapun masalahnya ujungnya keterbelahan akibat kontestasi politik 7 tahun belakangan seolah menjadi dasar saling adu argumen, terutama di dunia maya.
Bahkan untuk urusan konflik antara Israel dan Palestina yang terjadi nun jauh di Kawasan Timur Tengah sana yang belakangan kembali memanas, dasar perdebatan antar sesama warga Indonesia ditarik seolah semua yang terjadi di sana hanya sebatas pertikaian agama.
Jika kita amati disejumlah laman media sosial, di Indonesia dasar  konflik antara Israel dan Palestina oleh sebagian pihak disimplifikasi menjadi konflik antara Islam dan Yahudi, hal ini menjadikan benang yang sudah kusut masai menjadi lebih sulit terurai.
Padahal di negara Israel terdapat ragam manusia. Israel merupakan negara dengan keberagaman pemeluk agama.
Di Israel menurut sejumlah sumber data yang saya peroleh, pada tahun 2017, 17,9 persen penduduknya beragama Islam dan 20,9 persen diantara penduduk Israel itu adalah bangsa Arab.
Pun demikian dengan Palestina tak semua warga Arab Palestina beragama Islam, ada 8 persen Kristen dan 17 persen Yahudi di wilayah Tepi Barat.
Mayoritas, 75 persen Islam didominasi Sunni,menempati wilayah itu. Sementara, di Jalur Gaza, dominasi Islam lebih tinggi dengan 80,3 persen. Sisanya adalah Kristen, 0,7 persen
Artinya tak semua warga Israel itu berbangsa Yahudi dan beragama Yahudi, meskipun memang di Israel Islam dan bangsa Arab merupakan minoritas.
Tak semua pula warga Palestina itu adalah warga Muslim, meskipun memang mayoritas penduduk Palestina beragama Muslim.
Lebih lanjut, tak semua warga Israel yang berbangsa dan beragama Yahudi sepakat dengan tindakan zionisme pemerintahnya yang kerap melakukan tindakan teror dan pencaplokan wilayah.
Banyak kelompok muslim berperan besar dalam perjuangan mendirikan Negara Israel; dan banyak tokoh muslim yang terlibat dalam struktur kepemerintahan di Israel.