Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Isu Emansipasi Perempuan Tak Perlu Diperjuangan Secara Lebay

21 April 2021   12:11 Diperbarui: 21 April 2021   12:17 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap bulan April mendekati harinya yang ke-21, gemuruh "emansipasi perempuan" terdengar hingar bingar, ya karena 21 April hari Lahir R.A Kartini yang di Indonesia selalu diperingati sebagai hari "emansipasi perempuan Indonesia.

Saya sebenarnya agak heran mengapa di jaman ini, abad milenial urusan emansipasi perempuan masih harus diperjuangkan, toh jika mengacu pada makna "emansipasi" menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah:

"eman*si*pa*si /mansipasi/ n 1 pembebasan dari perbudakan; 2 persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat (seperti persamaan hak kaum wanita dengan kaum pria): Kartini adalah tokoh -- wanita Indonesia;-- wanita proses pelepasan diri para wanita dari kedudukan sosial ekonomi yang rendah atau dari pengekangan hukum yang membatasi kemungkinan untuk berkembang dan untuk maju."

Silahkan di simak dengan cermat arti emansipasi itu kemudian lihat sekililing apakah disekitar kita  saat ini perempuan masih diperlakukan tidak sama untuk meraih impiannya.

Saya kira tidak, jauh dari itu, atasan saya di kantor saja perempuan yang membawahi sekitar 90an laki-laki, dan laki-laki itu semua dibawah perintahnya dalam melaksanakan tugas kantor.

Apakah kami merasa keberatan dengan itu, tidak sama sekali. We are fine with that things. Dan kami semua menghormati cara "perempuan ini" memimpin departemen kami.

Bukti lain yang cukup kasat mata adalah Menteri Keuangan kita 2 periode berturut-turut Sri Mulyani Indrawati, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) Puan Maharani yang luar biasa terhormat pun Seorang Perempuan.

Bahkan Seorang  perempuan bernama Megawati pernah menjadi pemimpin bagi 250 juta rakyat Indonesia 20 tahun lalu, 2001. Dan 20 tahun kemudian kita masih misuh-misuh tentang emansipasi perempuan.

Akh, mungkin saya akan dituduh terlalu "kota sentris", mungkin ada yang bilang coba deh main ke pedesaan dimana perempuan masih termaginalisasi.

Saya kira di "kampung" pun  kejadian marginalisasi perempuan lebih bersifat kasuistis, dibanding terstruktur, sistematis,  dan masif.

Andai pun itu terjadi bukan lantaran atas alasan untuk menekan elan perempuan dalam mengarungi kehidupan mereka, tapi lebih banyak akibat kekurangtahuan mereka saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun