Bulan Ramadan adalah bulan penuh berkah dan ampunan, kehadirannya selalu di rindukan oleh seluruh umat muslim dalam keadaan apapun bahkan di tengah pandemi seperti saat ini.
Kerinduan umat muslim pada bulan suci ini, seperti kerinduan seorang laki-laki terhadap perempuan yang dicintainya untuk berjumpa, seperti kerinduan Saijah untuk bersua  serta bercengkerama dengan Adinda, dan seperti anak ingin bertemu dengan ibunya.
Pertemuan itu akan membawa kebahagiaan dan membawa sejuta harapan untuk menjadikan dirinya lebih baik daripada sebelumnya.Hal tersebut tentunya harus diproses melalui aktivitas-aktivitas yang baik dan hanya mengharap ridha Allah Swt.Â
Aktivitas yang baik itu, salah satunya adalah melakukan ibadah puasa  selama bulan Ramadan. Berdasarkan hadits Riwayat Bukhari: Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadan karena Iman dan mengharap pahala (Ridha Allah Swt), maka diampuni dosa-dosanya yang terdahulu.
Namun harus diingat pula ibadah puasa di bulan ramadan  bagi umat Islam, tidak saja mengandung aspek ibadah spiritual yang berdimensi vertikal, namun juga memiliki unsur sosial berdimensi horizontal.Â
Keduanya saling memengaruhi, kesuksesan ibadah seseorang di aspek transenden, mesti diikuti oleh kemuliaan akhlak di sisi sosial, seyogyanya kedua hal itu bersifat pararel.
Apakah kemudian karena pandemi Covid-19 Ibadah puasa kita di bulan Ramadan 2 tahun terakhir ini harus kehilangan keutuhannya lantaran aspek sosial yang berdimensi horizontal harus tergerus karena berbagai aturan protokol kesehatan yang harus dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Secara substansi seharusnya aspek sosial itu tak harus tergerus, memang pandemi ini mengharuskan kita berjarak satu sama lain, tapi kan itu hanya jarak secara fisik, sejatinya tidak membuat hati dan pikiran serta ketulusan kita juga harus berjarak.
Justru melaksanakan ibadah puasa di masa pandemi ini bisa menjadi wahana untuk bermuhasabah diri guna menjernihkan hati dan pikiran kita, sebab hanya dengan itu, kita bisa menangkap hikmah terdalam dari ibadah puasa kita yang kita jalankan.
Toh kita baru dua kali melaksanakan ibadah puasa di tengah pandemi, sebelumnya semuanya normal, jangan dipungkiri pula nikmat tersebut. sebagai contoh, bagi mereka yang berusia 30 tahun, artinya 28 tahun sebelumnya mereka melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadan secara normal.
Artinya kenyataan ini harus bisa diterima dengan penuh kesabaran, dan membiarkan peristiwa Ramadan kali ini menjadi kenangan di masa yang akan datang. Kenangan tidak selamanya menyisakan kebahagiaan, tapi juga ada kalanya kesedihan.