Amien Rais tokoh politik senior Indonesia ini sepertinya tak pernah lelah untuk memperlihatkan ambisi politiknya yang masih sangat menyala.
Terakhir ia merecoki masa jabatan presiden. Menurut teori konspirasinya, rezim Jokowi yang kini berkuasa tengah menyusun rencana melakukan revisi Pasal 7 UUD 1945 melalui sidang istimewa MPR, yang hasilnya akan memungkinkan masa jabatan presiden memanjang hingga 3 periode.
Meskipun teori ini kemudian ditepis dengan sangat keras oleh Presiden Jokowi, yang menegaskan bahwa dirinya tak berminat lagi untuk menjadi presiden 3 periode.
Jika melihat gerakannya dalam satu dekade terakhir, ambisi Amien Rais dalam berpolitik praktis terlihat masih sangat besar, mungkin salah satunya lantaran terinspirasi oleh trend perpolitikan global.
Kebanyakan negara-negara besar di dunia kini kursi kekuasaanya di duduki oleh mereka yang berusia cukup senior.
Sebut saja Mahathir Muhammad dalam usia 92, sempat kembali menjadi Perdana Menteri Malaysia, kemudian di Amerika Serikat, Joe Biden  dalam usia 78 tahun terpilih menjadi Presiden AS saat ini.
Nancy Pelosi, House of Speaker AS  usianya 80 tahun. Demikian pula dengan Rusia, Presiden Putin sudah hampir berkepala 7, ia saat ini berusia 69 tahun dan kelihatannya masih akan sangat lama memimpin Rusia.
Amien Rais sendiri saat ini berusia 74 tahun, meskipun secara fisik sudah menurun tapi ia masih sangat sehat dan pemikirannya masih oke juga. Tak heran ambisi politiknya masih terlihat begitu besar.
Amien Rais terlepas dari segala kontroversinya adalah seorang tokoh politik Indonesia, bahkan ia ditahbiskan sebagai Bapak Reformasi Indonesia.
Jika menilik rekam jejak elan politiknya sejak masa orde Soeharto, saya rasa pentahbisannya sebagai "Bapak Reformasi" tak salah juga.
Amien Rais adalah orang pertama mengangkat isu suksesi di era Soeharto, sesuatu yang tabu untuk diangkat sebagai topik pembicaraan umum saat itu.
Dalam buku " Suara Amien Rais Suara Rakyat" yang ditulisnya, Â Amien Rais menyuarakan gagasannya untuk suksesi kepemimpinan nasional kali pertama pada tahun 1993 saat sidang tanwir Muhammadiyah, yang kemudian ia terus gaungkan secara konsisten dalam berbagai kesempatanÂ
