Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Hukum Artikel Utama

Perilaku Korupsi Edhy Prabowo dan Barang Mewah, Hedonic Treadmill?

29 November 2020   09:08 Diperbarui: 30 November 2020   08:00 2212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wakil Ketua KPK Nawawi Pomolango (ketiga kiri) didampingi Deputi Penindakan Karyoto (kiri) menunjukkan tersangka berikut barang bukti pada konferensi pers penetapan tersangka kasus dugaan korupsi ekspor benih lobster di Gedung KPK, Jakarta, Kamis (26/11/2020) dini hari. (ANTARAFOTO/Indrianto Eko Suwarso via kompas.com)

Kemudian ada juga mantan Bupati Hulu Sungai Tengah Abdul Latief yang hasil korupsinya digunakan untuk membeli 23 kendaraan roda empat mewah berbagai merk.

Laku berbelanja barang mewah ini sebenarnya tak salah juga andai uang yang dibelanjakannya ini bukan hasil kejahatan atau korupsi.

Mungkin saja hampir setiap individu di dunia ini berkeinginan untuk.memiliki barang-barang bermerk nan mewah ini.

Namun karena keterbatasan pendapatan, hanya segelintir orang saja yang mampu memilikinya. Ya itu akibatnya, ketika mereka yang tadinya tak memiliki kemampuan untuk membeli barang mewah, lantas berkesempatan menduduki jabatan tertentu yang bisa men-generate pendapatannya, maka nafsu untuk memiliki barang mewah itu muncul agar bisa direalisasikan, terlepas uang itu halal atau haram.

Menurut ahli Financial Psychology hal ini diistilahkan dengan hedonic treadmill. 

Istilah ini untuk mewakili nafsu manusia yang ingin selalu memiliki barang-barang mewah sejalan dengan peningkatan pendapatan manusia tersebut.

Mengapa menggunakan istilah hedonic treadmill? Karena manusia-manusia seperti ini seolah"jalan di tempat" layaknya berjalan di atas alat berjalan statis treadmill.

Mereka merasa bahagia sesaat namun pada dasarnya kebahagiaan itu tak mampu membawa mereka ke mana-mana alias statis.

Karena nafsu akan kepemilikan barang-barang mewah itu tak akan pernah terpuaskan seperti meminum air laut, semakin banyak kita minum semakin haus kita rasakan.

Pada saat keinginan memiliki barang mewah itu terwujud, awalnya merasa bahagia. Namun beberapa waktu kemudian rasa itu menjadi biasa saja.

Kebahagiaan para penganut hedonis ini menjadi stagnan lantaran ekspektasi akan barang-barang mewah lain terus meningkat sejalan dengan meningkatnya potensi penghasilannya. 

Tidak akan menjadi masalah jika barang-barang mewah itu dibeli dari uang yang kita dapatkan dengan cara halal.

Menjadi masalah jika nafsu berbelanja barang mewah itu tak diiringi dengan pendapatan yang mencukupi, yang akhirnya membawa si pemilik nafsu itu harus melakukan kejahatan seperti korupsi yang dilakukan oleh Edhy Prabowo itu.

Nafsu besar tenaga kurang, keinginan mendapatkan barang mewah sangat tinggi apa daya sumber daya tak mencukupi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun