Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Ketidakpercayaan dan Provokasi Masalah Utama UU Ciptaker, Bukan Penolakan

8 Oktober 2020   12:31 Diperbarui: 8 Oktober 2020   12:42 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Undang-Undang Omnibus Law Cipta Kerja yang telah disahkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Senin(05/10/20) menuai banyak penolakan dari sejumlah masyarakat Indonesia.

Saya tak mau menggunakan kata "sebagian besar" karena saya tak mengetahui secara pasti atau belum membaca data valid bahwa sebagian besar rakyat Indonesia  memang menolak UU Omnibus Law Ciptaker.

Walaupun jika kita mengamati, membaca, atau mendengar suara-suara penolakan UU tersebut terdengar sangat kencang.

Tapi bisa saja kan itu sebenarnya suara "sebagian kecil" orang tapi karena diamplifikasi oleh berbagai media jadinya terdengar memekakan telinga, seperti kita mendengar suara dengan tata suara yang baik dalam sebuah pertunjukan musik.

Vokalnya diisi satu orang vokalis dengan 3 suara latar, diriingi oleh 4 personil yang memainkan alat musik namun suara musik yang mereka mainkan itu terdengar hingga seantero stadion.

Fakta ada yang menolak UU Ciptaker itu diberlakukan memang betul banyak, namun fakta yang mengamini diberlakukannya UU ini juga tak kalah banyak.

Artinya sekali lagi rakyat Indonesia harus menghadapi kenyataan untuk kembali terpolarisasi, seperti dalam Pemilu dan Pilpres 2019, Pilkada DKI Jakarta 2017, dan Pemilu dan Pilpres 2014.

Meskipun memang dengan skala yang berbeda-beda, tetapi tetap saja polarisasi itu terjadi. Dan seperti biasa polarisasi itu terbangun dari 2 narasi dengan sudut pandang berbeda walaupun saya sangat yakin kedua kubu yang pro dan kontra terhadap UU Ciptaker  ini memiliki tujuan yang sama yaitu demi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

Namun, tentu saja kita tak menafikan juga ada 3 pihak yang menjadikan pro dan kontra ini sebagai "kuda troya" menuju agenda dan ambisi tersembunyi dari pihak tersebut.

Selain itu ada pula yang menjadikan "pertarungan" ini sebagai arena mencari panggung yang megah atau sebutan anak milienial sih "Pansos".

Atau mereka yang secara natural memang selalu berseberangan dengan pemerintah, apapun yang dilakukan oleh pemerintah yang dilihat selalu sisi buruknya alhasil mereka memiliki justifikasi untuk menentangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun