Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mampukah Jokowi Membawa Indonesia Menghindari Ancaman Resesi Ekonomi?

18 Agustus 2020   15:35 Diperbarui: 18 Agustus 2020   16:13 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perekonomian Indonesia kini berada di bibir jurang resesi ekonomi. Fakta yang tak mengejutkan sebenarnya, karena jauh-jauh hari memang sudah diprediksi banyak pihak termasuk oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, pertumbuhan ekonomi bakal berada dalam teritori negatif.

Pertumbuhan ekonomi Kuartal II 2020 menurut data yang dilansir Biro Pusat Statistik berada di angka minus 5,32 persen.

Terkontraksi cukup dalam diatas prediksi pemerintah di kisaran minus 4,3 hingga 4,8 persen. Dengan realisasi sedemikian dalam banyak pihak yang menyebutkan bahwa perekonomian Indonesia sudah terjerembab jurang resesi.

Alasannya jika dihitung berdasarkan kuartal ke kuartal ekonomi Indonesia sudah dua kali mencatatkan pertumbuhan minus secara berturut-turut, minus 2,41 di Kuartal I dan minus 4,9 persen di Kuartal II.

Namun demikian, perhitungan seperti ini bukan merupakan formula yang normal digunakan dalam menetapkan sebuah negara masuk ke dalam situasi resesi.

Secara konsep sebuah negara dinyatakan resesi jika realisasi pertumbuhan ekonominya negatif dua kuartal berturut-turut dihitung secara tahunan year on year (Y oY).

Terlepas dari urusan menentukan formulasi konsep resesi, faktanya ekonomi Indonesia kini tengah dalam situasi yang sulit.

Ancaman resesi terhadap perekonomian Indonesia itu nyata adanya dan probabilitas Indonesia akan berada dalam kondisi resesi cukup besar.

Jika mengacu pada situasi perekonomian di Kuartal II tahun 2020 ini, sektor-sektor yang menjadi penopang utama pertunbuhan produk domestik bruto (PDB) mengalami penurunan yang sangat tajam.

Sektor konsumsi rumah tangga  yang menyumbang 57,48 persen terhadap PDB anjlok minus 5,51 persen (YoY).

Sektor investasi langsung (FDI) minus hingga 8,61 persen realisasi investasi pada Kuartal II hanya Rp.97,6 triliun, padahal sumbangannya terhadap PDB cukup tinggi di angka 30,61 persen.

Kegiatan perdagangan ekspor dan impor menyumbang terhadap PDB sebesar 15,69 untuk ekspor dan 15,51 untuk impor, di Kuartal II, keduanya tumbuh negatif menjadi masing-masing minus 11,66 persen dan 16,96 persen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun