Pandemi Coronovirus Desease 19 telah mencengkram dunia kurang lebih 8 bulan, seluruh aspek kehidupan manusia tak terkecuali terdampak dengan gradasi yang bervariasi.
Setelah sektor kesehatan dan ekonomi, pendidikan merupakan sektor berikutnya yang terhantam sangat keras oleh pandemi ini.
Memang efek kesehatan dan ekonomi terhadap kehidupan itu akan seketika terasa. Berbeda dengan pendidikan, efeknya memiliki time lag. Apa yang terjadi hari ini, tak akan terasa hari ini juga atau besok.
Artinya pendidikan itu hasilnya baru bisa dilihat beberapa saat kemudian. Tapi jelas efeknya akan destruktif bagi kehidupan individu dan berbangsa dalam beberapa tahun kemudian, jika saat ini masalah pendidikan di tengah pandemi ini tak tertangani dengan komprehensif.
Pandemi membuat proses belajar mengajar sangat terdampak. Memang bisa disikapi dengan metode pembelajaran online, tapi itu memiliki banyak sekali kendala dan hampir dapat dipastikan apapun metodenya tak akan semaksimal jika dilakukan seperti dalam kondisi normal.
Karena ada ambience yang berbeda antara sistem mengajar online dan mengajar secara tatap muka, dan hal itu sangat krusial.
Belum lagi jika kita berbicara urusan teknisnya, dalam konteks situasi pendidikan di Indonesia saat pandemi ini, pada prakteknya melakukan proses belajar dan mengajar secara online atau sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) itu sangat sulit.
Kementeran Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sudah berupaya sangat keras untuk mengakali situasi dan kondisi ini. Meskipun upaya itu belum menunjukan hasil yang optimal.
Penyebabnya ya banyak hal, mulai dari beragamnya tingkat ekonomi masyarakat Indonesia hingga letak geografisnya.Â
Tak semua keluarga yang memiliki anak usia sekolah punya kemampuan ekonomi untuk melengkapi dirinya dengan perangkat keras dan perangkat lunak untuk men-delivered sistem PJJ.
Selain itu di banyak daerah yang infrastruktur telekomunikasinya pun masih sangat kurang sehingga sinyal yang merupakan prasyarat utama sistem PJJ tak ada sama sekali.