Mohon tunggu...
Ferry Irawan suyitno
Ferry Irawan suyitno Mohon Tunggu... rakyat biasaa

penikmat kopi, rokok kretek, buku, senja dan puisi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"MENGHADAPI TANTANGAN MASA DEPAN BAGI PETANI" sanggupkah modernisasi pertanian dorong generasi muda untuk terjun ke sawah.??

7 Maret 2025   14:00 Diperbarui: 7 Maret 2025   13:39 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
fhoto sawah, sumber (fhoto pribadi)

"MENGHADAPI TANTANGAN MASA DEPAN BAGI PETANI" sanggupkah modernisasi pertanian dorong generasi muda untuk terjun ke sawah.?? 

Persoalan mengenai dinamika pertanian di pedesaan saat ini masih menarik untuk diikuti terutama sejak terjadi beberapa perubahan di pedesaan. Produktivitas sektor pertanian telah mengalami penurunan hingga tidak lagi mampu mencukupi kebutuhan seluruh masyarakat desa. Hal ini terjadi terutama dikarenakan jumlah penduduk pedesaan yang terus meningkat sedangkan luas lahan pertanian yang semakin sempit tidak mampu menampung seluruh tenaga kerja pedesaan disawah. Tidak mampunya sektor pertanian mencukupi kebutuhan seluruh masyarakat desa membuat mereka atas dorongan ekonomi mencari sumber penghasilan lain yaitu dengan melakukan pekerjaan di sektor non pertanian. Semakin menyempitnya lahan pertanian dikarenakan beberapa paktor, salah satunya adalah alih pungsi lahan pertanian menjadi area industri ,perumahan,jalan atau infrastruktur,kawasan wisata,kawasan komersial (pusat perbelanjaan, mall, dll). 

Menurut data dari kementerian pertanian (kementan) menunjukan bahwa laju alih fungsi lahan pertanian di indonesia mencapai 96.500 hektar per tahun, hal ini menyebabkan kehilangan hasil produksi sebesar 1 juta ton per tahun. Masalah-Masalah dalam dunia pertanian tidak hanya berhenti pada berkurangnya lahan sawah saja, berkurangnya generasi penerus dalam bidang pertanian menjadi sebuah masalah yang cukup mengkhawatirkan sekaligus ironis karena melihat indonesia sendiri sebagai negara agraris. Secara data dari badan pusat statistik (bps) menunjukan jumlah petani muda hanya sekitar 9 persen atau 2,7 juta orang dari total petani, berdasarkan data dari badan pusat statistik (bps) sebanyak 38,02% petani adalah generasi baby boomers (kelahiran tahun 1946-1964) berusia 41-60 tahun. Sementara petani muda hanya mencapai21,93%. Data dari sensus pertanian tahun 2023 menunjukan bahwa hanya 22% generasi muda yang aktif pada sektor pertanian. Keadaan-keadaan tersebut diperparah dengan para sarjana dalam bidang pertanian yang kebanyakan enggan untuk menjadi petani, dengan alasan kurangnya pengakuan dan penghargaan, keterbatasan pendapatan, kerja fisik yang berat, kurangnya fasilitas dan infrastruktur, dan berdasarkan minat dan bakat yang berbeda. Sementara apabila para sarjana pertanian bisa lebih berkontribusi dan memberikan ilmunya pada bidang pertanian ditambah dengan pemerintah dan instansi terkait yang memberikan sarana prasarana dan infrastruktur yang layak dan mencukupi. Bukan tidak mungkin kesejahteraan petani bisa terjamin dan program swasembada pangan bisa terealisasi bukan hanya sekedar angan angan belaka.

 Di era kemajuan teknologi yang kian maju dan berkembang seperti sekarang ini, hampir semua bidang sudah dibantu oleh teknologi yang moderen, termasuk pada sektor pertanian. Seperti : sistem irigasi otomatis, traktor dan mesin pertanian, teknologi hidroponik,sistem monitoring tanaman,drone pertanian. Teknologi informasi dan komunikasi (sistem informasi,aplikasi pertanian,E-comerce pertanian) juga dengan teknologi biologi (bioteknologi tanaman,penggunaan mikroorganisme,dan teknologi kloning). Dengan adanya bantuan teknologi tersebut diharapkan bisa meningkatkan hasil dari pertanian, juga untuk memudahkan proses penggarapan lahan dan perawatan tanaman, serta memberikan efektivitas pada hasil penjualan, agar menciptakan pertanian yang inovatif dan mengurangi ketergantungan pada tengkulak (karena biasanya tengkulak mengambil keuntungan yang besar dan cenderung merugikan petani saat proses penjualan hasil pertanian terjadi).

 Tetapi itu tidak serta merta akan langsung bisa diterima dan terealisasikan dengan baik oleh petani, karena apabila kita melihat pada teknologi itu mesti dipelajari agar bisa dikuasai dengan baik agar nantinya bisa dijalankan seperti semestinya. Permasalahnya terletak pada usia rata-rata petani di indonesia yang sudah sudah berumur 40-65 tahun dan itu menjadi mayoritas petani di indonesia. Pada rentan usia tersebut para petani akan kesulitan dalam mempelajari teknologi, dan cenderung lebih mempertahankan tradisi lama yang sudah diwariskan turun temurun oleh para orang tua dan para pendahulunya. Ditambah dengan jenis lahan pertanian di indonesia itu berbeda-beda jadi tidak semua traktor bisa digunakan di sawah yang medan nya sulit dijangkau karena akses jalan yang masih berbukit-bukit dan terjal. Ditambah dengan mayoritas petani masih lebih senang mempertahankan tradisi gotong-royong antar keluarga dengan sistem barter tenaga CONTOH : ketika petani A akan menggarap sawah maka akan meminta bantuan kepada petani B dan C, Lalu mereka akan dibayar dengan bantuan dari petani A ketika petani B atau C akan menggarap sawah, proses itu akan terus berulang, bisa juga dengan bayar upah kerja berupa uang. Jadi kesimpulanya adalah tradisi tersebut sudah sangat melekat dalam rumah tangga petani dan menjadi identitas dari simbiosis mutualisme antar petani. Jadi daripada beralih ke teknologi yang moderen mereka lebih senang dan nyaman menjalankan tradisi lama.

 Sementara permasalahan yang lebih serius terletak pada generasi penerus, sektor pertanian belum menjadi jawaban bagi generasi muda apabila berbicara soal kesejahteraan, bahkan petani identik dengan masyarakat bawah . Sebetulnya anggapan tersebut sangatlah salah besar, karena sektor pertanian memberikan sebuah harapan baru terhadap nilai ekonomis apabila bisa dijalankan dengan sistem yang moderen dan dibantu oleh pemerintah dan instansi terkait dengan memberikan pasilitas dan infrastruktur yang memadai,karena generasi muda akan lebih mampuh menguasai teknologi dan menerima hal-hal baru dalam kemajuan teknologi 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun