Mohon tunggu...
Fenny Trisnawati
Fenny Trisnawati Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Manusia cuma bisa usaha, Tuhan yang tentukan.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Adakah Rumus Pasti Kehidupan?

16 Maret 2021   12:16 Diperbarui: 16 Maret 2021   12:24 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Beberapa waktu yang lalu, saya bersilahturahmi ke rumah seorang teman. Teman ini merupakan kakak tingkat saya semasa kuliah dulu. Saya termasuk pengagum kegigihan dan keuletannya. Ketika kuliah dulu saya lumayan dekat, karena sering konsultasi masalah kuliah dan yang pasti ajang pinjam buku. Selain itu juga, karena kemurahan hati beliau melihat uang jajan saya yang sangat minim, saya sering ditraktir makan siang. Maklum, dengan kondisi ekonomi orang tua saya, sudah bisa masuk perguruan tinggi saja sudah syukur, jangan ditambah lagi dengan permintaan beli buku dan beli-beli yang lain. Akhirnya keadaan yang serba terbatas menjadikan saya kreatif, minjam buku di perpustakaan atau minjam buku ke kakak tingkat.

Kembali ke cerita kakak tingkat saya, beliau ini sudah pandai mencari uang sejak dari kuliah dulu. Pandai menjahit dan menerima pesanan jahitan. Selain itu beliau juga berjualan majalah dan buku islami. Saya banyak belajar dari beliau, sehingga saya pun ikut-ikutan jualan dan sempat menjadi ketua bidang Dana dan Usaha di organisasi saya. Walaupun jualan untuk organisasi, saya mendapat pengalaman walau sebentar. Tapi karena memang mental saya pegawai, maka saya tidak berakhir menjadi pengusaha seperti kakak tingkat saya ini. Bahkan, ketika kuliah saja, beliau sudah bisa beli motor sendiri.

Saya menemui beliau ini karena ingin menjahit baju. Hingga kini, beliau masih menekuni profesinya sebagai penjahit, hanya saja kini usahanya sudah semakin besar, memiliki pegawai, orderan sudah banyak, bahkan sudah memiliki ruko sendiri untuk tempat usahanya. Kami sudah lama tidak bertemu, kalau dihitung-hitung mungkin sekitar 5 tahun.

Setelah selesai urusan order jahit baju, kami pun bertukar kabar. Beliau bercerita mengenai usahanya dan usaha yang akan dikembangkannya, yaitu usaha kolam pancing. Secara materi beliau sudah sangat tercukupi. Kendaraannya saja sudah ganti dengan yang lebih mahal. Singkat kata, beliau ini pengusaha yang berhasil disamping kerjaan tetapnya sebagai dosen di perguruan tinggi.

Beliau bertanya, mengapa saya sekolah lagi? Karena kalau dia pribadi, malas untuk sekolah, mending cari uang saja katanya, kalau sekolah nanti malah habiskan uang saja dan usahanya nanti malah tidak ada yang mengurus. Jawaban saya, karena saya ingin menambah ilmu, ilmu masih dirasa kurang, apalagi untuk profesi dosen pendidikan harus doktor.

Beliau heran dengan keadaan saya yang menurutnya tanpa perencanaan, karena tetap kuliah walau tidak ada beasiswa. Apalagi kini saya bercerita mengenai kesulitan membayar SPP karena tabungan sudah habis. Menurut beliau, harusnya saya merencanakan dengan matang, baru mengerjakan sesuatu, jangan terus mengerjakan jika tidak pasti. Jika tidak pasti akan dapat beasiswa, lebih baik tidak kuliah dulu. Saya hanya mengangguk-angguk saja dengan apa yang disampaikannya.

Sepanjang perjalanan saya pulang, saya masih terngiang-ngiang dengan apa yang disampaikan oleh kakak tingkat saya itu. Entah kenapa apa yang disampaikannya meresap dalam sanubari saya. Saya berpikir, apakah memang hidup saya tanpa perencanaan? Jika iya, saya merasa malu dengan diri sendiri, masak sudah setua ini tidak bisa membuat rencana yang matang.

Kemudian saya berpikir dan menyadari, saya telah membuat rencana yang matang. Hanya saja, dalam mengambil keputusan kurang teliti, tidak memikirkan semua aspek. Artinya rencana saya yang matang itu tidak meng-cover semua celah kemungkinan yang terjadi. Ada satu celah yang terlewat. Ketika mengambil keputusan untuk tetap kuliah tanpa beasiswa, saya tidak tahu ada opsi untuk menunda kuliah tahun depan, dan pihak kampus tidak menawarkan opsi tersebut karena saya juga tidak bertanya. Mungkin karena sudah kebelet ingin kuliah, jadi yang terpikir adalah nikmatnya bisa menyandang status mahasiswa dan disibukkan dengan kegiatan sebagai seorang mahasiswa.

Namun sederhananya, jalan hidup itu sudah ada yang mengatur. Dulu saya tidak begitu meresapi ketika mendengar kata-kata, manusia hanya bisa berencana, tapi Allah SWT yang menentukan. Sekarang kata-kata tersebut seolah-olah menjadi penenang bagi jiwa saya. Bahwa manusia makhluk yang sangat lemah, ada kuasa di luar kemampuan pikir dan nalar manusia, dan itu adalah kuasa Allah SWT. Jika rencana berjalan mulus tanpa rintangan berarti, maka memang demikianlah adanya, Allah beri kemudahan. Tapi jika kemudian rencana tidak berjalan mulus, maka memang demikianlah skenarionya dari sang Pencipta. Kewajiban manusia adalah usaha maksimal, hasilnya serahkan kepada Allah SWT. Yakinlah bahwa Allah beri yang terbaik untuk hamba-Nya. Selalu ada hikmah dibalik peristiwa dan kejadian dalam hidup ini. Sabar dan syukur adalah kunci dalam menjalaninya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun