Â
foto: screenshot dok.pribadi
Â
Pernah merasakan yang namanya ditolak? wah, dalem banget memang. Eits, ini bukan lagi bicara soal perasaan cinta-kasih. Tapi ini pengalaman mengirimkan tulisan, pastinya bukan saya saja pernah merasakannya. Anda juga pernah kan?
Ketika mengirimkan karya ke media, pastinya ingin tulisan itu diterima. Ya, siapa pula yang mau menerima penolakan. Ada? hehe. Nah artikel saya tersebut tidak mendapat respon positif, dengan alasan tidak cocok. Saat itu saya evaluasi kembali dan berpikir baik saja, memang salah saya yang belum mengetahui misi atau tujuan dari media itu, sehingga salah kirim (salrim).
Sebenarnya, bukan kali ini saja mendapat penolakan dari media (sedihnya numpuk, ciee..) yang membuat miris saya adalah, ketika artikel yang dibuat itu berisi tulisan yang amat disukai dan pemberitaannya sedang hangat di berbagai media apapun, ekspektasi tidak sesuai kenyataan.
Akhirnya dengan mental baja, saya langsung posting artikel itu di kompasiana. Asumsi saya, bila tulisan itu memang tidak menarik, maka sudah pasti tidak ada yang baca apalagi sampai meraih tanda biru highlight/headline. Intinya, saya sudah terima dengan ikhlas.
Tak dinyana, artikel saya malah mendapat tanda itu. Seperti angin segar di musim kemarau, saya 'melek' lagi untuk membuat tulisan. Lagi, lagi, lagi..
Di kompasiana saya dapat kesempatan menulis dengan baik. Di tempat ini juga, semangat belajar membuat karya tulis jadi tidak pupus lagi. Dan di sini juga, saya banyak belajar terutama kesabaran, yang artinya kalau di satu tempat ditolak, berarti memang bukan rezeki di situ, karena ada di tempat lain.Â
Jadi, tidak perlu sedih dong kalau tulisan anda ditolak!