Di sisi modernisasi yang berkembang pesat, sebuah simbol kecil sekali muncul di Kota Banjarmasin: QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard). Ini bukan hanya sebuah cara bayar digital, tetapi di beberapa kafe yang ada di Banjarmasin, ditengah-tengahnya menjadi gaya hidup jangka panjang. Banyak pelanggan yang memanfaatkan kafe tidak hanya karena suasana yang nyaman dan menu yang menakjubkan, tetapi juga karena metode pembayaran yang mengandalkan QRIS. Jika lebih banyak transaksi yang dilakukan tanpa uang tunai, meja kasir tidak lagi dipenuhi uang tunai atau uang kertas, tetapi hanya satu kode QR yang tertera di pojok meja.
  Untuk melakukan transaksi, pelanggan hanya perlu membuka aplikasi dompet digital seperti DANA, OVO, GoPay, atau lainnya, lalu memindai kode QR. Dalam beberapa detik, transaksi selesai. Tidak ada lagi antrian panjang karena tunggu kembalian, tidak repot dengan membawa dompet tebal, dan tidak perlu mengkhawatirkan bahwa uang tidak cukup saat sedang menikmati secangkir kopi.
  Transformasi ini lebih daripada tren, tetapi telah menjadi kebiasaan baru yang sangat umum. QRIS menjadi pilihan utama, meskipun untuk belanja sederhana seperti segelas kopi atau satu potong brownies. Gaya hidup cashless ini tidak hanya praktis, tetapi juga dianggap lebih higienis, cepat, dan efisien. Hal ini yang menjadi prioritas, khususnya bagi anak muda. Tidak heran jika penggunaan uang tunai semakin tergeser, terutama di kalangan mahasiswa dan pekerja muda yang menjadi pelanggan utama pada beberapa kafe yang menerapkan sistem tersebut.
  Sistem ini menurut pelaku usaha tidak hanya menguntungkan dari sisi pelanggan. Dari sudut pandang pelaku usaha, QRIS juga mempercepat proses transaksi, menyederhanakan pencatatan keuangan, dan mengurangi risiko kehilangan uang fisik. Di penghujung hari, seluruh pemasukan tercatat otomatis dalam sistem digital sehingga tidak perlu lagi menghitung uang satu per satu atau mencocokkan nota.   Â
  Tanpa mencurigakan kepraktisan itu, muncul sejumlah tantangan yang tak bisa diabaikan. Salah satunya adalah efek psikologis terhadap perilaku konsumsi. Karena tidak terasa mengeluarkan uang secara fisik, banyak orang menjadi lebih impulsif dalam belanja. Menariknya, yang paling terdampak oleh kemudahan QRIS justru kalangan menengah ke atas. Dengan penghasilan yang relatif stabil, mereka cenderung lebih santai dalam berbelanja, namun justru lebih mudah terjebak dalam perilaku konsumtif. Transaksi digital yang cepat dan tanpa uang fisik membuat pengeluaran terasa ringan, sehingga pembelian kecil seperti kopi atau makanan ringan bisa dilakukan berulang kali tanpa disadari. Risiko pemborosan menjadi nyata. Selain itu, ancaman keamanan digital masih menjadi isu penting. Meski jarang terjadi, potensi penyalahgunaan kode QR oleh pihak tak bertanggung jawab tetap ada. Maka, kewaspadaan tetap harus dijaga, terutama dalam hal memastikan kode QRIS asli, tidak diganti, serta menjaga data pribadi agar tidak tersebar.
  Penggunaan QRIS di kedai kopi atau warung kecil menunjukkan wajah baru ekonomi lokal Banjarmasin yang mulai terbiasa dengan digitalisasi. Di kota yang dekat dengan kewarisan tradisional, teknologi ini menunjukkan bahwa modernisasi tidak harus menghapus kearifan lokal—ia bisa berjalan beriringan. Pasar tradisional dan warung kecil pun kini mulai mengikuti jejak yang sama.
  Kehadiran QRIS menjadi tanda bahwa masyarakat mulai siap hidup dengan cara yang lebih cepat, tertib, dan terkoneksi. Kota Banjarmasin, yang dikenal dengan perahu klotok dan pasar air, kini juga dikenal sebagai kota yang siap menyambut sistem pembayaran digital dengan tangan terbuka. Kemudahan tidak selalu berarti aman dari risiko. Maka penggunaan QRIS harus dibarengi dengan edukasi digital yang memadai. Perlu pemahaman bahwa transaksi digital tetap memerlukan kontrol, pencatatan, dan kesadaran finansial. Apalagi di kalangan anak muda, yang saat ini menjadi pengguna terbesar layanan cashless, pengelolaan uang harus sejalan dengan perkembangan teknologi.
  Transformasi digital tidak hanya milik kota-kota besar seperti Jakarta atau Surabaya. Banjarmasin pun dapat bergerak, meski dengan langkah yang unik dan tenang. Dari secangkir kopi dan satu kali scan QR, perubahan besar tengah berlangsung — lembut tetapi pasti.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI