Mohon tunggu...
Fendy Septian
Fendy Septian Mohon Tunggu... Independent Legal Auditor -

Masih Belajar Menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Negeri Peminta-minta

13 Juni 2016   13:32 Diperbarui: 13 Juni 2016   15:15 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dewasa ini sedang ramai menjadi pembicaraan mengenai aksi penertiban warung makan di Serang, Banten. Sejumlah Polisi Pamong Praja (Satpol PP) menertibkan warung makan sederhana milik Bu Saeni. Seluruh makanan di Warung Bu Saeni habis dibungkus dan dibawa oleh Satpol PP tanpa dibayar satu rupiah pun. Penertiban terbsebut dilakukan dengan mengatasnamakan penegakan hukum dan untuk menghormati umat Islam yang sedang menjalankan ibadah puasa Ramadhan.

Penertiban yang direkam dan kemudian disiarkan salah satu media elektronik nasional ini kemudian menjadi ramai dibicarakan dengan segala pro dan kontra-nya. Banyak yang mendukung, namun tidak sedikit juga yang menyesalkan aksi Walikota Serang tersebut. Media yang menyiarkan pun tidak luput dari perbincangan. Banyak yang mengecam media tersebut karena dianggap 'memelintir' fakta dan tidak menyajikan fakta yang sebenarnya, sehingga media telah dianggap memebentuk opini publik yang salah.

Pro dan Kontra Penertiban Warung Makan Bu Saeni.

Bagi kelompok pro penertiban, apa yang dilakukan Walikota Serang adalah hal yang baik. Kelompok yang biasanya didominasi oleh umat muslim yang menjalankan puasa ini beranggapan bahwa sudah sepatutnya warung makan dan orang-orang yang tidak berpuasa menghormati mereka yang sedang berpuasa. Dengan segala perspektif, baik itu dalam perspektif hukum, sosial bahkan historis, kelompok ini meminta kepada yang tidak berpuasa untuk menghormati mereka dengan tidak makan ataupun membuka warung makan di siang hari selama Bulan Ramadhan.

Bahkan, banyak meme beredar yang menantang Menteri Agama untuk membuka bandara I Gusti Ngurah Rai saat berlangsung perayaan nyepi di Bali untuk menghormati mereka yang tidak merayakan Nyepi atau menolak pemasangan pohon cemara di mall untuk menghormati mereka yang tidak merayakan Natal. Tantangan tersebut dilatarbelakangi atas permintaan Menteri Agama kepada umat muslim yang berpuasa untuk menghormati juga yang tidak berpuasa.

Bagi kelompok yang menolak, menganggap penertiban tersebut tidak seharusnya dilakukan, terlebih terhadap pemilik warung makan sederhana yang omsetnya juga tidak seberapa. Apa yang dilakukan Walikota Serang dianggap berlebihan. Umat Muslim yang berpuasa dan meminta untuk dihormati pun dianggap manja. Kelompok ini pun meminta agar umat muslim juga menghormati mereka yang tidak berpuasa. Bahkan, Walikota Serang juga mendapatkan tantangan untuk menutup tempat-tempat makan yang terdapat di mall, demi keadilan.

Negeri Peminta-Minta

Menurut banyak orang bijak, bahwa orang yang kaya bukanlah ia yang memiliki banyak harta, akan tetapi orang yang selalu memberi kepada orang lain seberapapun harta yang dimilikinya. Dalam konteks keagamaan pun Tuhan mengajarkan kita untuk saling memberi. Bagaimanapun, tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.

Sebaliknya, bagi ia yang miskin tidak akan pernah memberi kepada orang lain. Bagi orang miskin, hidupnya akan selalu merasa kekurangan dan tidak memiliki apa-apa. Maka dalam konteks kemanusiaan, orang-orang miskin ini akan cenderung untuk selalu mengemis dan meminta-minta kepada orang lain. Pada prinsipnya, Tuhan pun melarang umatnya untuk meminta-minta. Sekali lagi, tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.

Kembali kepada masalah penertiban warung makan di Serang, baik yang pro maupun yang kontra sama-sama meminta untuk dihormati. Entah dimana rasa saling menghormati kita yang telah diajarkan sejak kecil, sehingga kita semua serempak mengemis untuk dihormati. Mungkin, rasa saling menghormati kita telah tergadaikan dan berubah menjadi ego. Tidak kah itu berarti kita miskin karena kita selalu meminta? Miskin penghormatan kepada orang lain.

Alangkah lebih baik jika kita sama-sama memberikan rasa hormat kita kepada orang lain. Bagi yang berpuasa, secara sadar diri, memberikan rasa hormat mereka kepada yang tidak berpuasa tanpa harus meminta untuk dihormati dengan berlebihan. Bagi yang tidak berpuasa pun, dengan sadar diri memberikan penghormatannya kepada yang sedang berpuasa juga tanpa meminta untuk dihormati secara berlebihan. Hidup ini indah dengan saling berbagi, bukan saling meminta.

Ataukah Negeri ini akan terus menjadi Negeri Peminta-Minta?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun